Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail, Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Hai Kawula Muda, selamat ya Bapak Usmar Ismail!

Bapak Perfilman, Usmar Ismail, akan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. (ANTARA)
Sat, 30 Oct 2021

Mengapresiasi jasa-jasanya pada dunia perfilman, Presiden Joko Widodo akan menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail, seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang nasional.

Selain Usmar Ismail, Jokowi juga akan memberikan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh lainnya, yakni Tombolotutu (pejuang asal Sulawesi Tengah), Sultan Aji Muhammad Idris (pejuang asal Kalimantan Tengah), dan Raden Aria Wangsakara (pejuang sekaligus pendiri wilayah Tangerang).

Dalam konferensi pers di kanal YouTube Kemenko Polhukam, Kamis (28/10/2021), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukan) Mahfud MD mengatakan, “Bapak Presiden telah mengeluarkan keputusan untuk memberi gelar pahlawan kepada empat pejuang yang menginspirasi untuk membangun Indonesia yang merdeka dan berdaulat.”

Gelar pahlawan akan diberikan Jokowi tepat pada saat perayaan Hari Pahlawan, 10 November 2021 di Istana Bogor dan secara simbolis akan diserahkan kepada keluarga para tokoh.

Pelopor film modern

Mengutip Antara, Ketua Humas Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Evry Joe mengatakan, pihaknya bersama asosiasi perfilman telah mengusulkan Usmar Ismail agar dinobatkan menjadi salah satu pahllawan nasional, terutama di dunia perfilman.

Usulan tersebut sudah diajukan sejak lebih dari lima hingga sepuluh tahun yang lalu.

Usmar Ismail merupakan pria kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, 20 Maret 1921. Ia dikenal sebagai Bapak Perfilman dan pelopor film modern Indonesia karena karya-karyanya yang apik.

Sepanjang kariernya Usmar Ismail telah membuat lebih dari 30 film. Beberapa film produksi Usmar Ismail yang terkenal yakni Pejuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956), Tiga Dara (1956), dan Asmara Dara (1958).

Tak hanya itu, film arahan Usmar Ismail berjudul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) yang diproduksi 1950 menjadi film pertamanya yang secara resmi diproduksi oleh Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.

Hari pertama syuting film tersebut, yakni pada 30 Maret 1950, kemudian diresmikan menjadi Hari Film Nasional oleh Presiden ketiga BJ Habibie bersama Dewan Film Nasional.

Selain dunia perfilman, Usmar Ismail juga merupakan sastrawan yang telah melahirkan sejumlah karya tulis, seperti naskah drama Mutiara dari Nusa Laut (1943) serta kumpulan puisi Puntung Berasap (1950).

Dukungan untuk Bapak Perfilman, Usmar Ismail, menjadi Pahlawan Nasional. (TWITTER)

  

Di dunia jurnalistik, ia juga merupakan wartawan yang mendirikan Harian Patriot, redaktur majalah Arena, Gelanggang, serta pernah bekerja di Kantor Berita Antara dan menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1946-1947.

Untuk mengenang jasa Usmar Ismail, pemerintah mengabadikan sebuah gedung perfilman yang diberi nama Pusat Perfilman Usmar Ismail (PPHUI) di Kuningan, Jakarta Selatan.

Usmar Ismail mengembuskan napas terakhir pada 2 Januari 1971 karena sakit yang dideritanya.

Berita Lainnya