#DihantuiTai, Kampanye UNICEF atas Tercemarnya 70 Persen Air di Indonesia

Semoga sanitasi di Indonesia bisa semakin memadai kualitasnya ya, Kawula Muda!

Kampanye terbaru Unicef #DihantuiTai, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sanitasi aman bagi anak-anak (UNICEF)
Fri, 11 Feb 2022

Organisasi anak dari Perserikatan Bangsa-bangsa, UNICEF, mengelar kampanya #DihantuiTai. Walaupun terdengar bercanda, kampanye ini memiliki misi mulia, yakni meningkatkan kesadaran akan pentingnya sanitasi aman di rumah masing-masing. 

Laman resmi UNICEF menulis hampir 70 persen dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia telah tercemar limbah tinja. Padahal, sanitasi yang buruk dapat menyebabkan penyebaran penyakit diare. Penyakit tersebut diketahui merupakan penyebab utama kematian balita, termasuk di Indonesia. 

Kampanye terbaru Unicef #DihantuiTai, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pentingnya sanitasi aman bagi anak-anak (UNICEF)

 

Atas dasar keprihatinan tersebut, UNICEF mengadakan kampanye agar keluarga Indonesia semakin paham akan pentingnya dan bagaimana menjaga sanitasi aman di rumah. 

“Sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya,” ujar Perwakilan Sementara UNICEF, Robert Gass dikutip dari situs resmi UNICEF, Jumat (11/02/2022). 

Sebagai bagian dari kampanye ini, UNICEF telah meluncurkan situs www.cekidor.org yang berisi aksi ‘tim pemberantas tinja’ untuk memberantas sanitasi tercemar. Misalnya saja bagaimana memastikan keamanan tangki septik serta kontak jasa pembersihan tangki. 

Secara nasional, angka sanitasi Indonesia memang telah mencapai angka aman, yakni 7 persen. Namun, angka tersebut lebih rendah dari rekan-rekan di Asia Tenggara. Sebut saja Thailand (26 persen), India (46 persen), hingga Singapura (100 persen). 

Ditambah lagi, dikutip dari Vice, Spesialis Air, Sanitasi, dan Higienitas UNICEF Indonesia, Maraita Listyasari, mengatakan terdapat kesenjangan yang jauh antara beberapa daerah di Indonesia. 

Misalnya saja daerah Nusa Tenggara Timur yang hanya mencapai angka 0,6 persen. Namun, Bali dan Jakarta memiliki angka 13,76 dan 15,83 persen. 

Berita Lainnya