Ketua KPI Sebut Animasi Upin-Ipin Propaganda Positif Malaysia

Kawula Muda, yang hobi nonton Upin-Ipin siapa saja nih?

Serial animasi Upin-Ipin (INSTAGRAM/upinipinofficial)
Mon, 13 Sep 2021

Ketua KPI Pusat Agung Suprio sebut serial animasi Upin dan Ipin sebagai bentuk propaganda positif Malaysia dalam bidang budaya.

"Upin-Ipin itu bisa dikatakan propaganda, propaganda yang positif. Upin-Ipin itu bisa mengenalkan Malaysia atau citra Malaysia kepada dunia luar yang multikultural, sopan, ramah dan religius," kata Agung Suprio dikutup dari detik.com.

ketua KPI pusat Agung Suprio di siniar Deddy Corbuzier Rabu (09/10/2021) (YOUTUBE/deddycorbuzier)

 

Sebelumnya, pada Rabu, 9 September 2021, Agung diundang ke siniar Deddy Corbuzier dan membuat pernyataan yang memancing kehebohan masyarakat.

"Lo tahu enggak (kartun) Upin-Ipin disubsidi oleh pemerintah (Malaysia)? Film Upin-Ipin itu menjadi propaganda pada akhirnya," kata Agung dalam siniar tersebut yang diunggah pada platform Youtube Deddy Corbuzier. 

Pernyataan tersebut banyak disalahartikan oleh masyarakat. Setelah dikonfirmasi kembali oleh media, Agung pun meluruskan bahwa maksud pernyataan tersebut adalah animasi Upin-Ipin berhasil mengenalkan Malaysia sebagai negara yang beragam dan memiliki budaya yang unik. 

"Enggak ada yang salah dengan itu (penayangan kartun Upin-Ipin) karena propaganda itu bertujuan positif dalam konteks marketing adalah humas. Bukan propaganda dalam konteks psy war" ujar Agung pada Sabtu, 11 September 2021. 

Agus turut membandingkan hal tersebut dengan drama korea yang mampu mempromosikan budaya Korea Selatan ke berbagai negara.

Poster Nussa, salah satu animasi Indonesia yang biaya produksinya mahal

 

Biaya produksi animasi dalam negeri mahal

Pada siniar tersebut, Agung dan Deddy turut membahas biaya produksi yang besar untuk membuat serial animasi. Oleh karena itu pula, pemerintah Malaysia harus memberikan subsidi agar proses produksi Upin Ipin dapat terus berjalan. 

Rupanya, hal tersebut juga terjadi di dalam negeri. Menurut Angga Dwimas, CEO Visinema Picture yang memproduksi animasi Nussa, biaya produksi animasi sangat mahal. Bahkan, pada 2017 lalu, animasi film Si Juki menghabiskan biaya produksi hingga 10 miliar rupiah.

"Tadi gua jelaskan, biaya produksinya mahal banget. Jadi lebih baik dia beli dari luar (animasi), tinggal tayang. Itu lebih murah buat dia,” tambah Agus.

Berita Lainnya