Saling Sindir Soal Keamanan Data, Telegram dan WhatsApp Perang Cuitan di Twitter!

Kalo lo lebih suka pakai Telegram atau WhatsApp, Kawula Muda?

Ilustrasi aplikasi Telegram dan WhatsApp. (express.co.uk)
Mon, 17 May 2021

Baru-baru ini, jagat Twitter dihebohkan dengan perang cuitan dua perusahaan aplikasi instant message besar dunia, yakni Telegram dan WhatsApp. Perang cuitan alias twitwar ini dipicu oleh kebijakan privasi baru WhatsApp yang mulai berlaku sejak 15 Mei 2021.

Sehari jelang penerapan kebijakan privasi baru WhatsApp, Telegram diketahui mengunggah gambar di Twitter berisi deretan ikon tong sampah yang merepresentasikan evolusi recycle bin Windows dari waktu ke waktu. Adapun, tong sampah terakhir ditempeli logo WhatsApp dengan ikon Facebook bertengger di bagian dalamnya.


Gambar tersebut tak memiliki caption yang jelas sehingga pengikut Telegram di Twitter mempertanyakan maksud dari unggahan tersebut. Telegram kemudian memberikan respons berupa ajakan untuk menghapus WhatsApp dari ponsel para pengguna.

“Seperti bisanya. Pilihlah layanan yang menghormati (data dan privasi) Anda. Dan hapus WhatsApp,” ujar Telegram melalui cuitannya.


Menolak diam, WhatsApp membalas cuitan tersebut dengan mengunggah meme lengkap dengan caption yang mengejek Telegram karena tidak menerapkan sistem end-to-end encryption secara default. Adapun, end-to-end encryption merupakan sistem yang membuat percakapan pengguna tidak bisa diakses oleh pihak ketiga mana pun, termasuk aplikasi chat yang digunakan.

Telegram pun membalas pernyataan WhatsApp dengan nada yang lebih serius. Ia mengeklaim bahwa para penggunanya telah mengetahui cara kerja sistem keamanan di Telegram. Melalui tangkapan layar yang dibagikan, Telegram bahkan menyebut WhatsApp berbohong soal keamanan data yang dijanjikan.


Tak hanya Telegram, aplikasi Signal juga diketahui melontarkan ejekan melalui akun Twitter-nya akibat kebijakan baru WhatsApp.

Sejak awal 2021, kebijakan baru WhatsApp memang memperoleh sejumlah penolakan dari pengguna. Kebijakan baru tersebut membuat percakapan pengguna WhatsApp ke akun WhatsApp Business API, akun yang dipakai perusahaan besar, tak dilindungi oleh end-to-end encryption. Meski demikian, fitur akun bisnis hanya bersifat opsional dan sistem end-to-end encrypton akan tetap tersedia dalam akun WhatsApp pribadi.

Sayangnya, WhatsApp terbilang tegas dalam penerapan kebijakan barunya. Pengguna yang menolak menyetujui kebijakan tersebut akan terus-menerus menerima notifikasi hingga batas waktu yang belum diketahui.

WhatsApp memang memastikan tidak akan menghapus akun pengguna yang menolak kebijakan. Akan tetapi, pengguna secara perlahan akan kehilangan fungsi-fungsi dalam aplikasi tersebut hingga akhirnya tidak dapat menerima pesan dan panggilan. Dalam kasus ini, WhatsApp bisa saja menghapus akun pengguna yang tidak aktif selama 120 hari.

Berita Lainnya