Sri Lanka Bangkrut, Sekolah dan Kantor Pemerintahan Ditutup

Keadaan negara Sri Lanka semakin terpuruk pasca krisis ekonomi yang kian memburuk

Ilustrasi Sri Lanka (AP Photo/Eranga Jayawardena)
Thu, 23 Jun 2022


Negara Sri Lanka semakin bangkrut setelah krisis ekonomi yang berkepanjangan di negara tersebut. Sri Lanka terpaksa harus menutup perlahan beberapa fasilitas publik, seperti sekolah dan kantor pemerintahan sejak Senin (20/6/2022).

Negara dengan total penduduk 22 juta orang itu mengalami krisis ekonomi terburuk, setelah sebelumnya mengalami kehabisan devisa untuk membiayai impor sejumlah komoditas termasuk makanan, bahan bakar, serta obat-obatan.

Hal tersebut kemudian memaksa Sri Lanka untuk menutup beberapa sektor publik, seperti sekolahan dan kantor pemerintahan non-esensial demi menghemat sisa stok bahan bakar dan makanan yang tersisa.

Ilustrasi Sri Lanka (AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA)


Sri Lanka juga menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Akibatnya, masyarakat melakukan protes selama berbulan-bulan yang disertai dengan tuntutan agar Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya.

Dilansir dari Channel News Asia, mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan tegas menuntut mundur Presiden Gotabaya, yang dianggapnya sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi Sri Lanka saat ini.

"Waktu bagi Gotabaya untuk bersujud dengan bermartabat sudah lama berlalu. Sekarang kita harus mengusirnya," ujar pemimpin mahasiswa Wasantha Mudalige seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (22/6/2022).

Sri Lanka dikabarkan gagal membayar utang luar negeri dengan nilai 51 miliar dolar AS (Rp 755,33 triliun) pada April lalu. Sri Lanka juga meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis yang sedang melandanya.

Dikutip dari AFP pada Rabu (22/6/2022), pembicaraan langsung pertama antara IMF dan Sri Lanka terjadi di Colombo pada Senin (20/6/2022). Pertemuan tersebut membicarakan mengenai permintaan bailout Sri Lanka, pembicaraan tersebut dikabarkan akan berlangsung selama 10 hari.

Selain itu, Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe dikabarkan akan bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Australia, Clare O'Neil. Hal ini dilakukan untuk memperdalam kerja sama dan membantu Sri Lanka di tengah masa ekonomi yang sangat sulit.

Sementara itu, Pihak kepolisian menangkap sekitar 21 aktivis mahasiswa yang memblokade semua gerbang ke gedung sekretariat presiden, imbas dari krisis dan pemadaman listrik yang panjang.

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah melakukan upaya untuk membantu kondisi darurat yang dialami oleh Sri Lanka. PBB memberi makan ribuan wanita hamil yang menghadapi kekurangan pasokan makanan yang terjadi di Sri Lanka.

Berita Lainnya