Akun Twitter milik Kelana Wisnu Sapta Nugraha (@kelanawisnu) membagikan kisah haru tentang ibunya yang tidak bisa menggunakan ponsel. Melalui cuitannya, Kelana Wisnu mengungkapkan bahwa sang ibu secara rutin mengirimkan surat untuknya karena tidak bisa mengoperasikan ponsel dan menggunakan aplikasi instant message. Sampai artikel ini tayang, tweet tersebut sudah di retweet sebanyak 11.000 kali dan di like 62.000 kali.
Berbeda dari kebanyakan orang yang lebih suka berkomunikasi dengan fitur telepon, pesan singkat, atau video call di perangkat gawai, ibu Kelana justru memilih membuat surat dengan tulisan tangan dan menitipkannya ke saudara untuk kemudian disampaikan pada putranya.
Meski hanya berupa secarik kertas, Kelana mengklaim bahwa ada keistimewaan yang timbul dari kebiasaan tersebut. Bahkan, tak jarang untaian kata yang ditulis ibunya membuat ia menangis terharu.
“Ibu saya gaptek, gak bisa pakai ponsel, apalagi WhatsApp. Setiap kali ingin menghubungi saya, dia menulis surat dan menitipkannya pada saudara kami untuk dikirim kepada saya. Meski gak bisa berjumpa lewat video call sewaktu-waktu, surat-surat ini sering kali membuat saya menangis,” tutur Kelana melalui cuitan Twitter-nya.
Baca Juga
Ibu saya gaptek, gak bisa pakai ponsel, apalagi WhatsApp. Setiap kali ingin menghubungi sy, dia menulis surat dan menitipkannya pada saudara kami untuk dikirim kepada sy. Meski gak bisa berjumpa lewat video call sewaktu-waktu, surat-surat ini seringkali membuat sy menangis. pic.twitter.com/3Uo4y58SfJ
— Kelana Wisnu Sapta Nugraha (@kelanawisnu) May 9, 2021
Dalam utas Twitter, Kelana juga mengungkapkan perjuangan sang ibu yang harus membiayai 10 adik dan enam anaknya. Hal itu menjadikan Kelana selalu bangga pada sosok ibunya.
Dikutip dari Tribunnews.com, Kelana mengaku, kegiatan mengirim surat yang dilakukan sang ibu sejatinya telah dimulai sejak 2015. Kala itu, Kelana merupakan mahasiswa di Universitas Padjajaran, Bandung.
Sang ibu diceritakan menyerah belajar menggunakan ponsel sehingga ia memilih surat sebagai metode berkomunikasi dengan Kelana. Kegiatan berkirim surat menjadi semakin intens ketika Kelana jatuh sakit pada 2018.
“Ibu mulai intens sekali mengirim surat pada 2018, setelah saya sakit agak parah,” ujar Kelana pada Senin (10/05), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Adapun, rentang waktu pengiriman surat ibu Kelana bervariasi, kadang dalam hitungan bulan atau dalam hitungan minggu. Melalui suratnya, sang ibu akan menjelaskan keadaannya sekaligus menanyakan kabar Kelana.
Hingga artikel ini ditulis, cuitan Kelana telah di-reply sebanyak 812 kali, di-retweet sebanyak lebih dari 11 ribu kali, dan disukai oleh hampir 62 ribu akun.
Menurut Kelana, tak heran jika cuitannya memperoleh banyak tanggapan. Situasi pandemi memang kerap membuat seseorang merindukan sosok ibu. Belum lagi, momen lebaran yang akan segera tiba umumnya identik dengan silaturahmi bersama keluarga.
Jelang lebaran 2021, Kelana mengaku bahwa surat-menyurat masih menjadi sarana berkomunikasi bagi ia dan ibunya.
Terima kasih semua atas tanggapannya. Maaf sy tidak bisa membalasnya satu per satu, tapi sy baca semua dan sampaikan ke ibu.
— Kelana Wisnu Sapta Nugraha (@kelanawisnu) May 10, 2021
Ini ibu dan sy waktu masih kecil. Hidup ibu sy berubah drastis saat masih umur 11, pada 1965, sejak saat itu ia membiayai 10 adiknya dan lalu 6 anaknya. pic.twitter.com/bp7YTWT0rT
COMMENT