Segala Hal Tentang Cap Go Meh: Makna, Sejarah, hingga Perayaan

Ternyata Imlek gak cuma 1-2 hari aja ya, Kawula Muda!

Ilustrasi hiasan dan pakaian khas Imlek (ISTOCK)
Sat, 21 Jan 2023

Perayaan Tahun Baru Imlek rupanya tidak hanya berlangsung selama satu atau dua hari saja, Kawula Muda! Perayaan tersebut pun dirayakan selama dua minggu dan diakhiri lewat perayaan Cap Go Meh.

Secara garis besar, perayaan tahun baru Tionghoa memang terbagi menjadi tiga bagian, yakni Imlek, sembahyang Tuhan, dan Cap Go Meh. Sembahyang Tuhan merupakan waktu sembahyang yang ramai dilakukan pada minggu pertama Imlek. Sementara itu, masa Cap Go Meh mulai dimeriahkan pada minggu keduanya. 

Dalam dialog Hokkien, cap go dapat diartikan sebagai ‘lima belas’. Hal itu pun sesuai dengan perayaan Cap Go Meh yang berlangsung pada hari ke-15 setelah Imlek dan bertepatan dengan munculnya bulan purnama. 

Tahun ini, hari raya Imlek dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Januari 2023. Karena itu, Cap Go Meh pun akan berlangsung pada Minggu, 5 Februari 2023, Kawula Muda! 

Arti Cap Go Meh

“Cap go itu 15, meh itu malam. Jadi malam kelima belas. Tradisi itu sudah ada sejak zaman dahulu,” kata Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dwi Susanto mengutip Kompas pada Jumat (20/01/2023). 

Beberapa sumber pun menyebut perayaan ini merupakan bentuk penghormatan kepada dewa tertinggi di Dinasti Han, Dewa Tai Yi. Perayaan kala itu masih dilaksanakan tertutup oleh kalangan istana dan belum tersebar luas. 

Selain itu, terdapat pula makna tersendiri mengenai Cap Go Meh pada agama Konghucu. Pada agama tersebut, Cap Go Meh diperingati sebagai hari untuk berdoa kepada Tuhan terkhusus tentang orang tua. Misalnya hal baik yang akan datang, rezeki yang berlimpah, hingga kesehatan yang senantiasa diberikan.

Tak hanya Cap Go Meh, penyebutan hari raya kelima belas Imlek tersebut juga berbeda-beda loh, Kawula Muda! Sebut saja Yuánxiojié, Shàngyuánjié, hingga Lantern Festival.

Sejarah Cap Go Meh

Ilustrasi lentera berbentuk naga (ISTOCK)

 

Awal perayaan Cap Go Meh dapat ditelusuri hingga era Dinasti Han sekitar tahun 206 SM hingga 220 SM. Saat itu, para biksu Buddha menyalakan lentera pada hari ke-15 Imlek untuk menghormati Sang Buddha. 

Akan tetapi, terdapat pula legenda tentang asal mula perayaan dengan lentera tersebut. Diceritakan, Kaisar Giok atau Jade Emperor marah kepada penduduk di sebuah kota karena membunuh angsanya. Sang Kaisar pun berencana membakar kota tersebut. 

Namun, rencana tersebut gagal akibat bisikan seorang peri. Peri tersebut menyarankan penduduk di kota tersebut untuk menerbangkan lentera yang sudah dibakar. 

Mengira kota tersebut sudah terbakar, sang Kaisar pun membatalkan niatnya dan kembali ke kerajaannya. Sebagai wujud rasa syukur, lentera diterbangkan setiap tahunnya pada waktu yang sama, yakni 15 hari setelah Imlek. Tradisi tersebut pun berkembang dan menyebar ke berbagai negara. 

Perayaan Cap Go Meh

Ilustrasi festival perayaan Cap Go Meh dengan pertunjukan naga (UNSPLASH/DONNY HARYADI)

  

Terdapat berbagai bentuk perayaan Cap Go Meh di berbagai negara. Di Singkawang, Kalimantan Barat misalnya. Pada warga biasa berkumpul di jalan sembari melihat pertunjukan naga panjang, lentera, hingga barongsai. Festival tersebut pun melintasi jalan-jalan besar pada pusat kuliner Kalimantan Barat tersebut.

Selain itu, terdapat tradisi untuk berkumpul bersama keluarga terdekat sebagai bentuk penutupan masa Imlek. Hal itu dapat dilakukan secara sederhana di rumah masing-masing maupun menggelar pesta besar bersama sesama yang merayakan. 

Namun, menurut budayawan Jongkie Tio, perayaan besar tersebut jarang terjadi di Indonesia. Mengutip CNNIndonesia, hal itu dikarenakan masyarakat Tionghoa Indonesia biasanya banyak tersebar di kawasan perkampungan. 

“Penutupan Imlek di kawasan peranakan Tionghoa enggak bisa pesta besar,” tutur Jongkie. 

Hal ini pun banyak terinspirasi dari perayaan Cap Go Meh di China daratan, Kawula Muda! Pada anggota keluarga akan berkumpul bersama dan menyantap jamuan makan besar. Makanan pun harus mewakili tiga unsur kehidupan, yakni unsur darat (misal ayam), unsur laut (misal ikan), dan unsur darat (misal sapi). 

Malam Cap Go Meh pun terasa ramai karena banyaknya masyarakat yang beribadah. Kemudian, ada pula yang menyalakan lentera untuk menghormati budayanya. 

Selain festival lentera, terdapat pula barongsai, pawai tahun baru, hingga tradisi membawa hadiah kepada teman terdekat. Uniknya, hadiah tersebut diberikan bersama dua buah jeruk yang dibungkus oleh paper bag. Kedua jeruk tersebut pun melambangkan berkah yang berganda, mulai dari ‘keberuntungan besar’ hingga ‘hal yang baik akan datang untuk pasangan’.

Berita Lainnya