Selain Bermanfaat bagi Kesehatan, Menonton Film Horor Juga Bikin Lebih Siap Hadapi Pandemi

Hai Kawula Muda, siapa di sini yang suka nonton film horor?

ILustrasi nonton film horor yang seram dan menegangkan. (FREEPIK)
Sat, 31 Oct 2020

Bagi sebagian orang, menonton film horor memberikan sensasi dan tantangan tersendiri. Saat adegan menakutkan muncul, jantung rasanya bergedup kencang dan napas pun jadi cepat.

Meski ketakutan dan seolah ingin pingsan, tetap saja para penyuka jenis film ini akan terus menontonnya sampai habis.

Namun, sebagian orang lainnya enggan melakukan aktivitas yang jelas-jelas membuatnya takut tersebut. Bahkan, ada yang menganggap negatif menonton film hantu-hantuan atau teror menegangkan seperti itu.

Nah, sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Westminster mengungkapkan, menonton film horor bermanfaat baik bagi kesehatan.

Film-film genre ini ternyata dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional. Bahkan beberapa film tertentu mampu membakar hingga 200 kalori!

Ilustrasi film horor yang seram dan menegangkan. (FREEPIK)

 

Mengutip dari Reader’s Digest, berikut ini alasan mengapa menonton film horor baik untuk kesehatan.

1. Kelenjar adrenalin jadi aktif

Kombinasi ketegangan antisipatif dan bahaya yang muncul saat menonton film horor ternyata berguna untuk membangkitkan indera yang tidak dikenali otak dan mengaktifkan respons kewaspadaan.

Peningkatan energi yang didapat dari memompa adrenalin juga membantu membuang hormon stres.

Kalau enggak percaya, silakan dicoba menonton film Pengabdi Setan, Jelangkung, Rumah Dara, atau Perempuan Tanah Jahanam untuk merasakan sensasi aktifnya kelenjar adrenalin tersebut.

2. Membantu menurunkan depresi 

Saat sesorang yang mengalami depresi, ia akan mengalami penurunan tingkat adrenalin yang parah.

Karena menonton film horor dapat mengaktifkan kelenjar adrenalin, maka secara mengejutkan saat menyaksikan adegan menakutkan ternyata mampu membuat seseorang yang depresi merasa lebih bahagia.

Perasaan cemas, putus asa, dan sedih secara tak sadar telah tergantikan oleh terciptanya hormon yang positif bagi tubuh.

ILustrasi nonton film horor yang seram dan menegangkan. (FREEPIK)

 

3. Membakar kalori dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Karena respons tubuh menjadi aktif, energi akan terbakar lebih banyak saat menonton film horor. Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga jadi meningkat.

Kemudian setelah menerima serangkaian kejutan dari adegan film yang menegangkan, otak pun mendapat gelombang dopamine, glutaman, dan serotin.

Ketiga hormon tersebut dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga otak selalu dalam keadaan kuat. Selain itu, peredaran sel darah putih juga meningkat dengan cepat setelah nonton film horor.

Lebih siap hadapi pandemi

Sementara itu, sebuah studi terbaru menemukan fakta bahwa kesukaan terhadap film-film penuh kesuraman seperti bencana dan horor dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi pandemi.

Melansir National Geographic Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Aarhus University di Denmark tersebut mendapati bahwa mereka yang bisa menikmati film horor cenderung bisa menghadapi pandemi lebih baik dibanding mereka yang tidak.

Para peneliti melakukan survei pada 310 partisipan di Amerika Serikat dengan syarat tertentu. Mereka kemudian diberikan kuesioner tentang kebiasaan menonton serta ditanya mengenai seberapa siap mereka menghadapi pandemi Covid-19.

Mereka juga mendapati, genre film prepper atau bertema bencana dapat membuat para penontonnya lebih siap secara mental menghadapi krisis dalam kehidupan nyata.

Film yang termasuk dalam genre prepper tadi meliputi invasi alien, hari kiamat, dan zombie.

Meski penelitian ini belum ditinjau lebih lanjut, bisa disimpulkan kalau mereka yang gemar nonton film genre ini kemungkinan juga lebih lihai untuk mempraktikkan strategi bertahan hidup.

Sementara itu, partisipan yang tidak menonton film bencana tapi menyukai film horor disebut menunjukkan ketahanan psikologis, tapi tidak punya kesiapan untuk menghadapi pandemi.

Menurut Coltan Scrivner, psikolog dari University of Chicago, hal itu dapat terjadi karena secara tidak langsung penonton mempelajari situasi dan berlatih dari skenario.

Berita Lainnya