Bahaya Sabu bagi Tubuh, Jangan Coba-coba!

Hai Kawula Muda, hati-hati jangan tergoda dengan efek palsu sabu yang katanya bikin hati senang dan badan kurus!

Salah satu jenis obat terlarang dan narkotika, Sabu. (ALCOHOL.ORG)
Mon, 07 Sep 2020

Penyanyi Reza Artamevia kembali harus berurusan dengan hukum karena kasus narkotika. Pelantun lagu Pertama ini ditangkap di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (6/9/2020) karena kepemilikan 0,78 gram sabu.

Atas pelanggaran hukum yang dilakukan, Reza terancam pidana penjara 4 tahun.

Sabu tergolong dalam obat-obatan terlarang dan menyimpan banyak risiko buruk bagi kesehatan yang mengonsumsinya.

Mengutip dari  Drug Free World, sabu akan mendorong tubuh penggunanya bekerja lebih cepat dan lebih jauh dari kemampuan fisik yang sesungguhnya. Hal itu akan membuat orang tersebut mengalami gangguan fisik dan mental yang cukup parah setelah efek “senang” dari sabu hilang.

Efek jangka pendek dan jangka panjang

Efek jangka pendek dari penggunaan sabu adalah dapat kehilangan selera makan serta meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh.

Sabu juga dapat mengganggu pola tidur penggunanya, menimbulkan rasa mual, perilaku aneh dan mengarah agresivitas, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Sementara efek jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan permanen alias tidak dapat dipulihkan.

Kerusakan itu berupa peningkatan detak jantung dan tekanan darah, rusaknya pembuluh darah di otak yang dapat menyebabkan stroke atau detak jantung tidak teratur yang dapat menyebabkan kolaps atau kematian.

Selain itu, sabu juga menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru. Kerusakan otak, termasuk kehilangan memori. Kemampuan tertentu dalam memahami sesuatu pun terancam terjadi karena mengonsumsi sabu.

Kalau pun dipulihkan, si pengguna biasanya akan mengalami kesenjangan memori dan perubahan suasana hati yang ekstrem.

Sabu dalam dunia medis

Ilustrasi metamfetamin. (SAN FRANSISCO AIDS FOUNDATION)

 

Dalam dunia medis, sabu lebih dikenal sebagai metamfetamin (HCL) yang berfungsi untuk pengobatan gangguan kesehatan tertentu. Namun, fungsi itu baru bisa didapat jika digunakan dengan dosis yang tepat untuk kasus tertentu dan oleh sepengetahuan ahli (dokter).

Mengutip dari WebMD, jenis obat yang termasuk stimulan ini bisa digunakan untuk mengobati attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD.

Metamfetamin bisa menimbulkan kecanduan bila dikonsumsi di luar resep yang diberikan doker.

Penggunaan berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan tidur, hilangnya nafsu makan, tekanan darah meningkat, paranoia, agresi, pikiran kacau, perubahan suasana hati yang ekstrem, dan halusinasi.

Tidak jarang, penggunanya mengalami pelemahan fisik dan pada akhirnya rentan terkena penyakit.

Bagi pecandu berat yang memutuskan untuk berhenti mengasup metamfetamin, maka ia akan merasakan gejala-gejala seperti menarik diri dari lingkungan, depresi berat, lesu, cemas, dan takut.

Namun efek tersebut tidak semua terjadi pada penggunaan oral yang sesuai dengan dosis atau dengan dosis yang rendah. Karenanya, sangat penting pemakaiannya harus sepengetahuan ahli.

Berita Lainnya