Benarkah Kentut Bisa Menularkan Covid-19?

Hai Kawula Muda, hingga saat ini masih terbukti, pakai masker salah satu cara paling ampuh untuk mencegah penularan Covid-19.

Ilustrasi orang kentut. (FREEPIK)
Sat, 30 Jan 2021

Belakangan kembali beredar pembahasan tentang virus corona yang terdeteksi di dalam feses. Pembahasan itu terkait dengan metode swab anal yang mulai dilakukan di China dan jadi perbincangan luas.

Karena bisa terdeteksi dalam feses, timbullah pernyataan yang mengatakan kalau virus corona dapat ditularkan melaui kentut orang yang sudah terpapar Covid-19.

Padahal seperti yang umum diketahui, virus corona dikatakan dapat menular melalui tetesan atau droplet dari orang yang terinfeksi. 

Lantas, benarkah kentut dapat menularkan virus corona?

Jadi pembahasan sejak April 2020

Sekitar April-Mei 2020, topik tentang penularan virus corona melalui kentut ternyata telah cukup ramai dijadikan bahan pembahasan para peneliti.

Mengutip New York Post pada 20 April 2020, dalam sebuah podcast Coronacast dari Australian Broadcasting Corporation (ABC),  dua dokter Australia ,yakni Dr Andy Tagg dan Dr Norman Swan, membahas tentang penyebaran virus corona “di bawah” alias apakah dapat menyebar melalui kentut atau tidak.

Dr Andy Tagg mengatakan, penularan dapat terjadi melalui kentut karena adanya virus di feses.

Berdasarkan temuan Andy Tagg, 55 persen pasien Covid-19 memiliki virus corona pada feses mereka. Kentut yang keluar melalui saluran BAB itu disebut juga mengandung kotoran yang dapat menyebarkan bakteri dan virus.

“Ya, SARS-CoV-2 dapat dideteksi dalam feses dan telah terdeteksi pada individu tanpa gejala hingga 17 hari pasca paparan. Mungkin SARS-CoV-2 dapat disebarkan melalui kentut, kita membutuhkan lebih banyak bukti,” kata Tagg.

Ilustrasi virus corona ada di mana-mana. (FREEPIK)

  

Celana jadi “masker”

Berbeda dengan Tagg, selama episode podcast Coronacast, produser dan pembawa acara, Dr Norman Swan membuat saran yang berhati-hati terkait dengan partikel feses (tinja) dan penyebaran Covid-19.

“Jangan kentut tanpa alas,” saran Swan dengan nada agak geli.

Norman juga mengatakan, kalaupun ada virus di feses, celana, pakaian dalam, dan lainnya yang menutupi kentut sepanjang waktu dapat menjadi masker yang menghentikan penyebaran virus.

Direktur Klinis Patientaccess.com, dr Sarah Jarvis juga mengatakan kalau sangat kecil kemungkinan seseorang akan tertular Covid-19 dari kentut.

“Kemungkinan seseorang tertular virus karena mereka dekat dengan seseorang yang kentut, sangat kecil,” kata Jarvis, dikutip dari The Sun, April 2020.

Ia juga mengatakan kalau jauh lebih mungkin untuk tertular melalui kontak dekat dengan seseorang yang batuk atau bersin, atau dengan menyentuh droplet yang menempel di benda-benda.

Hal serupa juga disampaikan oleh Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit China. Menurut mereka, celana merupakan penghalang kentut yang mungkin membawa virus.

Mengutip dari CNN Indonesia, dokter spesialis paru, Erlang Samoedro menilai, penularan virus corona melalui kentut sulit terjadi.

Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) itu juga mengatakan, virus ini memang ditemukan pada feses, tapi aerosolisasi ke udara bebas dinilai lebih kecil lantaran pakaian. Kalaupun terdapat virus, celana menjadi masker yang efektif untuk menahan penyebarannya.

Kesangsian juga diungkapkan ahli epidomiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif. Ia mengatakan, virus corona memang bisa saja ditemukan di feses orang yang positif terinfeksi Covid-19, hanya saja penularan melalui kentut tidak masuk akal.

Berita Lainnya