Jakob Oetama, Bercita-cita Menjadi Pastor, namun Berujung Menjadi Wartawan

Kawula Muda, tidak masalah untuk bercita-cita menjadi apa pun. Yang penting jangan lupa untuk menikmati prosesnya ya.

Jakob Oetama, Pendiri Harian Kompas. (Arsip/Kompas.com)
Thu, 10 Sep 2020

Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, tutup usia di usia 88 tahun, pada Rabu (9/9/2020).

Pria dengan nama lengkap Jakobus Oetama ini lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 27 September 1931. Dikutip dari buku Syukur Tiada Akhir, Jakob merupakan putra sulung dari 13 bersaudara.

Jakob memiliki cita-cita menjadi pastor. Hal tesebut berawal dari kedekatannya dengan seorang pastor rekan ayahnya.

Ia lalu bersekolah di seminari menengah atau sekolah untuk calon pastor, setara dengan SMA. Jakob melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seminari tinggi.

Setelah hanya bertahan selama tiga bulan, Jakob memutuskan untuk merantau ke Jakarta. 

Setiba di Jakarta, Jakob bertemu dengan kerabat sang ayah, Yohanes Yosep Supatmo, seorang pendiri Yayasan Pendidikan dan Budaya pada 1952.

Dia lalu memberanikan diri untuk berganti jalur karier. Berkaca dari ayahnya, Jakob mengawali kariernya sebagai seorang guru.

Jakob menjadi pengajar dari 1952 hingga 1956. Dia bekerja dan melanjutkan pendidikan tingkat tinggi, kuliah B-1 Ilmu Sejarah.

Jakob menyelesaikan pendidikan ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), lulus pada 1961.

Bermula dari belajar sejarah, muncullah minat Jakob untuk menulis. Penulisannya yang bersentuhan dengan jurnalistik dimulai dari menjadi sekretaris redaksi mungguan Penabur.

Saat itu, karier Jakob sebagai wartawan dimulai. Pada 1963, Jakob dan rekan baiknya Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong, menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal bakal Kompas Gramedia.

Berita Lainnya