Mengapa Perokok Lebih Rentan Terhadap Covid-19.

Kawula Muda, yang sudah terbiasa merokok, mungkin sekarang saatnya mempertimbangkan untuk berhenti.

Rokok. (FREEPIK.COM)
Fri, 02 Oct 2020

Hati-hati, para perokok!

Belum lama ini, peneliti di Universitas California, San Francisco, menganalisis data lebih dari 8.000 orang dewasa muda yang menyelesaikan Survei Wawancara Kesehatan Nasional, bersama dengan seperangkat indikator risiko yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Tujuannya adalah untuk melihat seberapa rentan kaum muda terhadap Covid-19. Para peneliti menemukan 32% dari yang disurvei memiliki kondisi bawaan yang membuat mereka berisiko terinfeksi.

Tetapi, ketika para peneliti memisahkan orang-orang yang merokok (termasuk pengguna rokok elektrik) dengan non-perokok, persentase non-perokok yang rentan terhadap virus turun hingga setengahnya, menjadi 16%. 

Studi terbaru lainnya menemukan hasil yang serupa. Society for Research on Nicotine and Tobacco menganalisis lebih dari 11.000 pasien Covid-19 dan menemukan bahwa sekitar 30% memiliki riwayat merokok.

Rokok. (FREEPIK>COM)

 

Kondisi mereka juga berkembang ke keadaan yang lebih parah atau kritis. Sementara itu, hanya 17,6% pasien non-perokok yang mengalami peningkatan keparahan gejala.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa merokok adalah faktor risiko pengembangan Covid-19, dan perokok memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami gejala yang parah.

Pada awal-awal pandemi, sebuah hasil penelitian mendapat perhatian karena menunjukkan bahwa jumlah perokok yang terinfeksi Covid-19 jauh lebih kecil daripada jumlah non-perokok.

Pada Februari 2020, sebuah studi di New England Journal of Medicine mengamati kasus-kasus di China dan menemukan bahwa, dari orang-orang yang dites positif, sekitar 85% adalah bukan perokok, 13% adalah perokok aktif, dan 2% adalah mantan perokok.

Fakta ini membuat beberapa ilmuwan percaya nikotin bisa menjadi faktor pelindung terhadap virus corona.

Rokok. (FREEPIK.COM)

 

Namun, tidak semua orang yakin. Dr David Christiani, seorang profesor di Harvard TH Chan School of Public Health, percaya bahwa banyak dari publikasi awal tersebut dilakukan dengan terburu-buru dan penelitiannya tidak dirancang dengan baik.

Faktanya, alih-alih bermanfaat bagi kesehatan paru-paru, nikotin justru meningkatkan kemungkinan infeksi.

Dikutip dari theguardian.com, Christiani mengatakan bahwa produk tembakau menyebabkan peradangan di saluran udara dan memengaruhi kekebalan paru-paru, yang membuat orang lebih rentan terhadap infeksi secara umum.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Dr Michael Siegel, seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Boston. Siegel mengatakan bahwa tingkat keparahan gejala dan kemungkinan kematian jauh lebih buruk di antara perokok yang dites positif Covid-19.

Rokok. (FREEPIK.COM)

 

Lebih parah lagi, merokok tidak hanya merusak kesehatan seseorang  alias perokok itu sendiri, tetapi juga bertentangan dengan upaya komunitas untuk menahan penyebaran virus.

Perokok biasanya tidak menggunakan masker, dan terlepas dari seberapa jauh jarak sosial yang mereka lakukan, partikel asap yang mereka embuskan dapat tersangkut dan tersebar oleh angin.

Karena partikelnya sangat halus, mereka dapat menembus masker standar, yang hanya dibuat untuk perlindungan terhadap droplet. Karena itu, para ahli menyarankan agar orang menghentikan kebiasaan merokok.

"Mengapa mengambil risiko membuat saluran pernapasan Anda teriritasi pada saat seperti ini?" Kata Siegel.

Berita Lainnya