Pria Berusia 101 Tahun Dipenjara Karena Terlibat Perang Dunia Kedua

Josef Schuetz menjadi orang paling tua yang diadili karena keterlibatannya dalam insiden Holocaust.

Ilustrasi ditangkap (PIXABAY)
Fri, 01 Jul 2022


Meski sudah lama terjadi, perang dunia kedua nyatanya masih memiliki dampak hingga saat ini. Baru-baru ini, seorang pria di Jerman bernama Josef Schuetz divonis penjara karena keterlibatannya dalam insiden Holocaust.

Schuetz mendapatkan vonis penjara lima tahun setelah diadili di pengadilan Jerman. Udo Lechtermann selaku hakim yang mengadili Schuetz memutuskan bahwa Josef Schuetz dinyatakan bersalah karena terbukti membantu tindak pembunuhan saat menjadi penjaga penjara di kamp Sachsenhausen di Oranienburg, Berlin Utra, pada periode 1942 sampai 1945.

Pria tua yang kini tinggal di negara bagian Brandenburg tersebut mengaku tidak bersalah. Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak melakukan apa pun saat insiden mengerikan tersebut terjadi.

“Saya tidak tahu kenapa saya ada di sini,” ujar Schuetz dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (29/6/2022).

Schuetz mulanya adalah seorang buruh tani yang hidup di dekat Pasewalk di timur laut Jerman. Hingga takdir membawanya menjadi penjaga kamp penjara untuk kaum Yahudi pada saat itu.

Ilustrasi persidangan (Freepik)

Persidangan kasus ini sebenarnya sudah dilakukan sejak Oktober tahun lalu. Hingga tulisan ini ditulis, persidangan tersebut akhirnya menemukan hasil akhir, dengan menjadikan Schuetz sebagai tersangka, dan dituntut penjara hingga lima tahun.

Kendati terbukti bersalah, Schuetz kemungkinan besar tidak akan menjalani proses hukumannya tersebut lantaran usianya yang terbilang tua. Pengacara Schuetz, Stefan Waterkamp bahkan berencana mengajukan banding atas keputusan ini.

Sebagai catatan, Kamp Sachsenhausen sendiri telah beroperasi sejak 1936 hingga akhir Perang Dunia II, pada kamp tersebut tercatat setidaknya 200 ribu orang yang ditahan. Penghuni kamp tersebut sebagian besar diisi oleh kaum Yahudi serta gipsi di Jerman, yang dibenci pimpinan Jerman pada saat itu, yakni Adolf Hitler.

Berita Lainnya