Sudah 130 Dokter Meninggal Dunia dan Belum Ada Tanda Pandemi Covid-19 Mereda, Ayo Jangan Egois!

Hai Kawula Muda, jangan bosan untuk terus jaga imunitas dan taat protokol kesehatan ya!

Ilustrasi seorang tenaga kesehatan yang kelelahan. (FREEPIK)
Sun, 04 Oct 2020

Melansir dari data Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada Sabtu (3/10/2020), setidaknya sebanyak 130 dokter, 9 dokter gigi (6 dokter gigi umum, 3 dokter gigi spesialis), serta 92 perawat meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19.

Dari 130 dokter yang meninggal dunia tersebut, sebanyak 67 korban adalah dokter umum (4 di antaranya guru besar) dan 61 dokter spesialis (4 di antaranya guru besar).

Rincian dokter spesialis yang meninggal dunia dari interna 8 orang, bedah 7 orang, obgyn 6 orang, pediatri 6 orang, THT-KL 4 orang, dan psikiatri 4 orang.

Sementara itu, untuk dokter anestesi, orthopedi, paru, neurologi, dan radiologi masing-masing 3 orang, sedangakan dokter bedah saraf dan dokter bedah anak masing-masing 2 orang.

Dokter lainnya yang meninggal dunia dari farmakologi klinis, kedokteran fisik, urologi, kedokteran okupasi, mata, residen interna, residen pedatri, patologi klinik serta jantung dan pembuluh darah masing-masing 1 orang.

Ilustrasi seorang tenaga kesehatan mengenakan APD dan merasa kelelahan. (FREEPIK)

 

Menyebar di 18 provinsi dan 16 kota/kabupaten

Masih menurut data dari PB IDI, kasus tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dunia tersebut tersebar di 18 IDI wilayah (provinsi) dan 61 IDI cabang (kota/kabupaten).

Rinciannya adalah di Sulawesi Utara, Banten, dan Papua Barat masing-masing 1 dokter,  NTB, DI Yogyakarta, Kepulauan Riau masing-masing 2 dokter, Riau dan Kalimantan Timur masing-masing 3 dokter.

Kemudian Aceh, Sumatera Selatan, Kalimatan Selatan masing-masing 4 dokter, Bali 5 dokter, Sulawesi Selatan 6 dokter, Jawa Tengah 9 dokter, dan Jawa Barat 11 dokter.

DKI Jakarta telah merenggut 19 dokter, Sumatera Utara 22 dokter, dan Jawa Timur 31 dokter.

Dari 130 dokter yang meninggal dunia, 110 dokter atau 84,6 persen dokter berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 20 dokter atau 15,4 persen adalah dokter perempuan.

Kerugian besar bagi sebuah bangsa

Ilustrasi tenaga kesehatan tengah bertugas. (FREEPIK)

 

Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr Ari Kusuma mengatakan bahwa kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa, terutama dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan.

Terlebih, jumlah dokter di Indonesia termasuk salah satu yang terendah di Asia dan dunia.

Secara persentase, keberadaan dokter sangat tidak sepadan dengan jumlah penduduk Indonesia, di mana seorang dokter diestimasi melayani 3.000 pasien/masyarakat.

“Dengan banyaknya korban dari pihak tenaga kesehatan saat ini, maka ke depannya layanan kesehetan pada pasien baik Covid maupun non-Covid akan terganggu karena kurangnya tenaga medis,” ujar Ari Kusuma.

Karenanya, PB IDI sangat berharap masyarakat tak menganggap remeh dan tidak abai pada protokol kesehatan selama pandemi. Salah satunya, dengan menggunakan masker yang benar.

“Penggunaan masker yang baik dan benar sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19 termasuk menjaga diri kita dan orang lain yang kita sayangi dari penularan Covid-19,” ujar DR dr Eka Ginanjar, Ketua Tim Protokol dari Tim Mitigasi IDI.

Para dokter juga selalu mengingatkan pentingnya 3M, yakni memakai masker dengan baik dan benar guna mencegah penularan melalui droplet atau bahkan aerosol, menjaga jarak dan menghindari kerumunan dalam waktu lama dengan sirkulasi udara tertutup, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 40 sampai 60 detik. Bila ada, bisa gunakan hand sanitizer berbahan dasar alkohol.

Berita Lainnya