WHO Melaporkan Covid-19 Varian Inggris Telah Menyebar ke 70 Negara

Hai Kawula Muda, virus corona terus bermutasi dan menyebar, jangan abai prokesnya ya!

Ilustrasii tenaga medis memegang bendera Inggris. (FREEPIK)
Thu, 28 Jan 2021

Sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, pada akhir 2019, pandemi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 100 juta orang di dunia dan belum juga menunjukkan tanda akan mereda.

Belakangan, kondisi kian diperparah dengan munculnya varian virus baru yang pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020.

Melansir trtworld, Kamis (28/1/2021),  badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa varian baru yang pertama kali ditemukan di Inggris tersebut, per 25 Januari 2021 telah menyebar setidaknya ke 70 negara di dunia.

Varian yang dikenal sebagai VOC 202012/01 dan telah terbukti lebih menular dibanding varian sebelumnya itu dalam seminggu terakhir telah menyebar ke 10 negara.

Dari puluhan negara tersebut, tetangga Indonesia yang telah melaporkan masuknya varian baru tersebut adalah Singapura dan Filipina.

Ilustrasi virus corona bermotif bendera Inggris. (FREEPIK)

 

Varian baru lainnya

Selain di Inggris, varian baru lainnya dari SARS-CoV-2 adalah 501.V2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada Oktober 2020.

WHO mengatakan, per 27 Januari 2021, varian jenis ini telah menyebar ke 31 negara di dunia.

Seperti varian virus yang berkembang di Inggris, varian jenis ini juga memiliki mutasi pada protein lonjakannya, yakni bagian dari virus yang menempel pada sel manusia dan membantunya menyebar.

Hal itulah yang membuatnya berpotensi lebih menular dibanding jenis virus lain. WHO juga menambahkan kalau penelitian menunjukkan bahwa varian ini kurang rentan terhadap netralisasi antiodi.

Tentu itu menimbulkan kekhawatiran bahwa varian tersebut dapat menimbulkan risiko infeksi ulang yang terbilang tinggi dan juga dapat menghambat keefektifan vaksin Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat saat ini.

WHO mengatakan, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian, namun menekankan bahwa berdasarkan penelitian observasi di Afrika Selatan tidak menunjukkan risiko infeksi ulang.

Selain varian Inggris dan Afrika Selatan, WHO juga melaporkan varian juga ditemukan di Brasil. Saat ini ada delapan negara yang terdeteksi terpapar virus uang disebut P1 itu. Virus ini juga menimbulkan kekhawatiran dapat lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah ada perubahan dalam penularan, tingkat keparahan atau aktivitas penetral antibodi akibat dari varian baru ini,” kata WHO.

WHO menilai, mutasi adalah sifat alamiah dari virus. Hal itu terjadi ketika mereka berupaya mereplikasi guna beradaptasi dengan lingkungan.

Hingga kini, para ilmuwan juga telah melacak beberapa mutasi virus SARS-CoV-2 si penyebab Covid-19.

Meski sebagian besar mutasi tidak terlalu penting, WHO mendesak kepada negara-negara di dunia untuk secara aktif bekerja dalam meneliti dan menemukan mutasi yang mungkin secara signifikan dapat mengubah virulensi atau penularan virus terhadap manusia atau mahluk hidup lainnya.

Berita Lainnya