ChatGPT Dinilai jadi Alat Curang Ujian, Dua Pendiri Google sampai Turun Tangan

Tertarik untuk coba ChatGPT?

Ilustrasi ChatGPT yang dinilai mengkhawatirkan dan mengancam banyak hal (THE BOSTON GLOBE)
Fri, 27 Jan 2023


Kawula Muda, sudah pernah mendengar atau bahkan mencoba ChatGPT? ChatGPT memang tengah ramai diperbincangkan oleh banyak orang karena dapat menyimulasikan percakapan layaknya sedang berbincang dengan manusia. 

Bahkan, penelitian mengungkapkan bahwa ChatGPT dapat digunakan untuk memperoleh skor yang cukup bagus ketika mengerjakan ujian akhir program Magister Bisnis Administrasi (MBA), uji kompetensi medis, dan ujian profesi pengacara sesuai standar di Amerika Serikat, loh.

Hal ini yang membuat penggunaan chatbot berteknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tersebut mengundang pertentangan di dunia pendidikan. Pasalnya, penggunaan ChatGPT dikhawatirkan akan menimbulkan sikap tidak jujur pada pelajar.

Ilustrasi ChatGPT, chatbot berteknologi kecerdasan buatan (FORBES)

Melansir Vice, percobaan pertama dalam bidang pendidikan dilaksanakan oleh Christian Terwiesch, profesor sekolah bisnis Wharton yang bergengsi di Amerika Serikat (AS). Ia menguji model bahasa GPT-3 yang digunakan OpenAI untuk mengembangkan ChatGPT. 

Setelah dilatih mengerjakan ujian akhir MBA di kampusnya, Terwiesch menyimpulkan GPT-3 bisa mendapat skor B sampai B-. Tidak hanya itu, beberapa peneliti juga ikut tertantang menggunakan ChatGPT mengerjakan United States Medical Licensing Exam (USMLE), yakni ujian penentuan bagi calon dokter di AS untuk memperoleh izin praktik. 

Mereka menyimpulkan, skor ChatGPT berhasil mendekati ambang kelulusan untuk tiga jenis ujian yang telah disediakan. Bahkan, teknologinya dapat memberikan penjelasan yang konsisten, loh.

Para peneliti juga menyimpulkan model bahasa besar seperti ChatGPT dapat membantu kalangan dokter menghasilkan surat permohonan atau laporan medis yang mudah dimengerti oleh pasien

Meski ChatGPT masih dalam versi beta dan mustahil melampaui pendidikan tinggi, banyak orang telah berupaya untuk mencegah penyalahgunaan chatbot di lembaga pendidikan.

Edward Tian, seorang mahasiswa berumur 22 tahun tengah mengembangkan aplikasi yang dapat mendeteksi tulisan hasil ChatGPT. “Setiap orang berhak merasakan manfaat AI, tapi perlu ada alat untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan teknologi ini,” terangnya kepada Motherboard seperti yang dikutip melalui Vice.

Apa itu ChatGP?

Mengutip Forbes, ChatGPT adalah sistem chatbot berbasis AI yang menerapkan NLP (Neuro Linguistic Programming) untuk menghasilkan percakapan dan bekerja dengan memakai algoritma Reinforcement Learning with Human Feedback (RLHF) yang menampilkan jawaban dengan model bahasa alami.

ChatGPT diluncurkan pada 30 November 2022 lalu oleh OpenAI, perusahaan AI dan riset teknologi yang berpusat di San Fransisco, AS. Selain generator teks, perusahaan yang sama juga memproduksi Whisper, sistem pengenalan suara secara otomatis. Serta DALLE2, teknik AI yang memproses gambar dan seni visual.

ChatGPT dirancang untuk meniru dialog di dunia nyata, Kawula Muda. Bot ini dibekali kemampuan mengingat dan menjelaskan, menguraikan data, menolak premis, bahkan meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Proses pengembangan ChatGPT diawali oleh keterlibatan pelatih AI manusia untuk berhadapan dengan miliaran kata, mulai dari blog sampai buku klasik.

Dinilai Berbahaya, Dua Pendiri Google Turun Tangan Lawan ChatGPT

Dua pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin (WIRED)

Meski dinilai memiliki banyak kelebihan dan memberikan banyak kemudahan, ChatGPT diketahui memiliki beberapa kekurangan, bahkan dinilai segelintir kalangan berbahaya.

Kekurangan ChatGPT yang tak kalah bahaya ialah potensi bias jika data yang diinput juga bias dan dapat merugikan perusahaan konsumen dan menimbulkan kecemasan soal berita bohong, Kawula Muda. Hal ini juga yang dinilai mengancam banyak perusahaan. Faktanya, dua pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin terpaksa harus turun gunung merespons kemunculan ChatGPT.

Sundar Pichai, CEO Google diketahui mendapat bantuan dari Larry dan Sergey untuk melawan chatbot tersebut.

Berdasarkan laporan New York Times, Sundar sempat kebingungan untuk menghadapi ChatGPT. Sebab, sistem itu dinilai dapat bekerja lebih baik dari mesin pencarian milik perusahaan Google Search.

Larry dan Sergey kabarnya telah bertemu dan rapat dengan petinggi perusahaan. Mereka menyusun rencana dan menyetujui untuk mengintegrasikan fitur chatbot dengan Google Search. 

Warganet menyoroti hal ini karena kembalinya Larry ke Google dinilai luar biasa. Hal ini dikarenakan karena Larry sempat menghilang dari publik setelah menyerahkan posisi CEO ke tangan Sundar pada 2015 lalu.

Biasanya, Larry dan Sergey hanya mampir di markas Google untuk meninjau perkembangan proyek "mimpi" Google yang disebut sebagai moonshot.

Kepada New York Times, mantan VP di Google, Vic Gundotra mengatakan bahwa Larry dan Sergey punya perhatian besar terhadap AI. Bahkan, Larry dilaporkan sempat sinis dengan fitur baru Gmail pada 2008 dan mengatakan, "Kenapa email tidak bisa ditulis otomatis saja."

Chatbot ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI menarik 1 juta pengguna hanya dalam 5 hari. Kehadiran ChatGPT disinyalir mengancam bisnis Google sebesar 149 miliar Dolar AS. Tidak hanya itu, kembalinya kedua pendiri Google dan melakukan pertemuan eksekutif menandakan adanya kode urgensi yang disebabkan oleh kehadiran ChatGPT.

Dengan kehadiran ChatGPT, Google juga dikabarkan tengah mempersiapkan beberapa langkah untuk membuka peluang menggunakan AI.

Menurut lo sendiri, kehadiran ChatGPT mengancam atau justru membantu banyak hal, Kawula Muda?

Berita Lainnya