Oculus Bakal Membunuh Pemain yang Kalah Main Game VR di Dunia Nyata?

Lets go beyond!

Ilustrasi Nerve Gear (palmerluckey.com)
Sun, 20 Nov 2022


Pengusaha asal Amerika Serikat, Palmer Luckey, dikabarkan telah menciptakan sebuah virtual reality (VR) yang mampu membunuh penggunanya apabila pengguna kalah dalam permainan. Ia beranggapan bahwa bermain game bisa semakin terasa realistis apabila pemain juga dapat merasakan sebuah ancaman yang nyata. 

Palmer Luckey sendiri sebenarnya merupakan pendiri dari perusahaan Oculus. Perusahaan yang akhirnya dibeli oleh Facebook dengan harga sekitar 2 miliar dollar Amerika ini didirikan oleh Palmer pada tahun 2012 lalu. Selama menjadi kepala dari Oculus, Palmer telah menciptakan Oculus Rift dan berbagai teknologi VR lain yang kini menjadi elemen penting dari proyek metaverse Meta.

Selepas dari Oculus pada 2017 lalu, Palmer Luckey kemudian mendirikan Anduril Industries. Anduril Industries ini merupakan sebuah kontraktor militer berteknologi tinggi. Baru-baru ini Palmer Luckey mengumumkan bahwa dirinya sedang mengerjakan NerveGear, headset yang bisa membunuh pemain dalam kehidupan nyata.

Dilansir dari palmerluckey.com, Palmer Luckey mengatakan bahwa gagasan mengikat kehidupan seseorang kepada avatar virtual selalu membuat dirinya terpesona. Baginya, meskipun grafik dari sebuah game bisa terus ditingkatkan demi membuat sebuah game terasa lebih nyata, namun tetap harus ada ancaman konsekuensi serius yang bisa membuat sebuah game terasa jauh lebih nyata lagi. 

ilustrasi penggunaan vitual reality (unsplash/xr expo)

 

“Kabar baiknya adalah bahwa kita sudah setengah jalan untuk membuat NerveGear yang sebenarnya. Kabar buruknya adalah sejauh ini, saya hanya menemukan separuh yang membunuh Anda. Setengah dari persamaan VR sempurna masih bertahun-tahun.” ujar Palmer Luckey melalui website-nya (6/11/2022).

Palmer Luckey diketahui menciptakan VR karena terinspirasi oleh sebuah serial novel dari Jepang yang berjudul Sword Art Online (SAO). SAO sendiri merupakan sebuah novel karangan Reki Kawahara yang telah diadaptasi menjadi anime. Anime ini pertama kali dirilis pada tahun 2012 dengan Tomohiko Ito sebagai sutradaranya dan Aniplex serta A-1 Pictures menjadi rumah produksinya.

Dalam cerita SAO yang menjadi inspirasi dari Palmer Luckey ini, tokoh utama pada cerita terjebak di dalam game yang ia mainkan menggunakan VR. Ia dan para gamers lain terjebak dan harus menyelesaikan permainan untuk bisa keluar dari game yang tidak menyediakan opsi log out itu. Para pemain terpaksa melanjutkan permainan karena adanya ancaman bahwa jika pemain memaksa keluar dengan melepas paksa VR yang dikenakan, maka VR tersebut akan memanggang otak si pemain. Selain itu, jika pemain mati dalam game maka tubuh pemain di dunia nyata akan mengalami mati otak.

Apa itu Virtual Reality?

Virtual Reality (VR) sendiri merupakan sebuah lingkungan yang dibuat oleh komputer dan dapat dialami oleh manusia melalui stimulasi sensori visual dan pendengaran. Stimulasi ini lah yang membuat lingkungan buatan dalam dunia VR menjadi impresif dan terasa nyata. Istilah Virtual Reality sendiri sebenarnya berasal dari definisi “virtual” dan “realitas”. 

Dalam penggunaannya, VR membutuhkan beberapa komponen agar bisa menjadikan stimulasi sensori yang ada pada perangkat bekerja secara optimal kepada pengguna (manusia). Secara umum, komponen yang diperlukan untuk mengoptimalkan kerja VR pada manusia adalah Headset VR, perangkat yang memiliki fitur VR, dan layanan yang menyediakan konten-konten VR. Penggunaan Headset VR adalah agar pengguna dapat mendengar dan melihat konten yang disediakan oleh VR tersebut. 

Berkaca dari Film, Begini jadinya Dunia Virtual Reality

Kemampuan VR untuk memberikan pengalaman tenggelam dan berinteraksi dengan dunia 3D dengan menstimulasikan indra pada manusia seperti pendengaran, sentuhan, bahkan sampai ke penciuman menjadikan VR kini digunakan untuk kepentingan banyak bidang seperti kesehatan, pendidikan, militer bahkan bidang hiburan berupa video game. 

Adegan Marty menggunakan VR di Back To The Future Part:2 (Business Insider)

 

Pemanfaatan VR dalam berbagai bidang sendiri sudah banyak diilustrasikan melalui cerita-cerita di banyak film. Pengilustrasian dari penggunaan VR bahkan sudah diceritakan melalui film “Back To The Future Part: II” pada tahun 1989. Pada film ini VR diperlihatkan dengan Marty dan adiknya yang menggunakan VR untuk menjawab panggilan telepon sembari menonton TV. 

Pada film “Ready Player One”, penggunaan headset VR justru menjadi elemen utama dari film ini. Pada film ini karakter utama memasuki dunia virtual “OASIS” untuk menyelesaikan sebuah misi. 

Ada pula film lain dengan judul “The Matrix”, keberadaan VR menjadi sebuah elemen penting yang terikat dengan keadaan dunia nyata dalam film. Di sini karakter utama yang diperankan oleh Keanu Reeves juga dituntut untuk menyelamatkan dunia dengan menyelesaikan misi dalam dunia VR.

Penggunaan VR dalam Ready Player One (instagram/readyplayerone)

 

Virtual Reality di Masa Depan

Keberadaan VR dalam dunia nyata memang masih belum semaju dan secanggih dalam film, namun pengembangan VR kini sudah mencapai tahap sebagai alat dalam mempermudah beragam kegiatan di berbagai bidang. Belakangan ini, Meta diketahui telah dalam proses membentuk sebuah lingkungan impresif 3D bernama “Metaverse” yang di mana para pengguna dapat berinteraksi satu sama lain melalui avatar mereka. Meta sendiri merupakan induk perusahaan dari Facebook termasuk semua aplikasi dan teknologinya.

Dapat digambarkan bahwa Metaverse ini merupakan internet yang diberikan dalam bentuk 3D sehingga lingkungan virtual yang ada bisa dimasuki, bukan hanya melihat dari layar. Metaverse juga bisa diartikan sebagai dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung di mana orang-orang dapat bekerja, bertemu, dan bermain dengan menggunakan headset VR kacamata augmented reality (AR) dan aplikasi smartphone atau perangkat lainnya. 

Mark Zuckerberg menggenggam Oculus VR (Instagram/Zuck)

 

Metaverse ini memungkinkan banyak kegiatan dalam dunia nyata untuk dilakukan dalam dunia 3D pada Metaverse. Facebook sendiri telah meluncurkan software meeting untuk perusahaannya yang disebut Horizon Workrooms dan digunakan dengan headset Oculus VR yang diklaim bisa memberikan pengalaman Metaverse paling mutakhir di luar jangkauan orang.

Beberapa perusahaan teknologi besar lainnya seperti Microsoft dan Nvidia juga telah membicarakan mengenai Metaverse. Dilansir dari cnbcindonesia.com, Wakil Presiden Omniverse Nvidia, Richard Keris mengatakan bahwa ada banyak perusahaan yang membangun dunia dan lingkungan virtual di Metaverse, sama dengan perusahaan yang melakukan sesuatu di World Wide Web (WWW).

Menurut Richard, perluasan Metaverse menjadi sangat penting sehingga pengguna bisa berteleportasi sebagai hologram dari suatu tempat ke tempat lain. Hal ini seperti membuat pengguna berpindah dari satu halaman web ke halaman web lainnya. Mark Zuckerberg juga mengatakan bahwa Metaverse bukan produk tunggal yang hanya dapat dibangun oleh suatu perusahaan saja, melainkan bisa dibangun oleh siapapun, seperti internet.

Potensi-potensi yang muncul dari Metaverse ini memungkinkan Metaverse menjadikan berbagai hal di Internet menjadi sebuah kenyataan. Dalam sebuah wawancara bersama The Verge, Zuckerberg menggambarkan bahwa Metaverse merupakan perwujudan nyata dari Internet. Metaverse mampu memberikan peningkatan pengalaman dalam ber-internet lebih dari sekadar di aplikasi maupun dalam halaman web 2D.

Meskipun Metaverse mampu memberikan banyak dampak positif, bukan berarti kemajuan teknologi dari Metaverse ini mulus tanpa celah. Banyaknya kegiatan di Internet yang bisa dipindahkan ke Metaverse berarti juga memungkinkan adanya cybercrime yang terjadi dalam dunia virtual tersebut. Jika kita tarik kembali pembahasan di awal mengenai headset VR yang bisa membunuh penggunanya, maka headset tersebut bisa menjadi suatu hal yang paling mengerikan dari kemajuan teknologi, khususnya Virtual Reality ini. 

Kalau menurut lo gimana Kawula Muda?

Berita Lainnya