Kisah Toksik Liam Payne, Pernah Kecanduan Pil dan Minuman Keras Saat One Direction Tenar

Kawula Muda, sekarang sudah enggak kok, tenang.

Penyanyi Inggris, Liam Payne. (INSTAGRAM/LIAM PAYNE)
Fri, 11 Jun 2021

Liam Payne membuka kisah kelam masa lalu yang dirahasiakannya ketika masih bersama One Direction. Penyanyi berusia 27 tahun itu menguak kehidupan toksiknya ketika One Direction sedang berada di puncak ketenaran.

Ia mengaku bahwa saat itu ia mengalami kecanduan pil dan minuman keras ketika berjuang melawan masalah kesehatan mentalnya, bahkan sempat ingin bunuh diri.

"Ada beberapa hal yang benar-benar tidak pernah aku ungkap. Itu benar-benar hal yang sangat, sangat parah. Itu hal yang bermasalah," kata pria asal Inggris itu dalam podcast The Diary of a CEO.

“Ada beberapa fotoku di atas kapal dan wajahku terlihat bengkak. Aku menyebutnya sebagai wajah pil dan minuman keras. Wajahku seperti 10 kali lebih besar daripada yang sekarang. Aku tidak menyukai diriku sendiri saat itu, jadi aku ingin berubah,” ujar Liam.

“Tapi masalahnya, ketika kami masih berada di band, cara terbaik untuk mengamankan kami adalah dengan mengunci kami di kamar. Dan apa yang ada di dalam kamar? Minibar. Jadi pada titik tertentu, aku berpikir ‘Baiklah, aku akan berpesta’. Dan itu terjadi selama bertahun-tahun, di usiaku yang masih sangat muda. Itu hal yang liar, tapi itulah satu-satunya cara untuk menghilangkan frustrasi,” kata pelantun Strip That Down itu.

Liam Payne mendapatkan ketenaran saat berusia 16 tahun bersama Harry Styles, Niall Horan, Louis Tomlinson, dan Zayn Malik pada 2010, ketika One Direction berkompetisi The X Factor. Grup tersebut sempat menjadi boyband terlaris dunia. Mereka lalu memutuskan hiatus pada 2015, tak lama setelah Zayn hengkang dari grup.



Liam menambahkan bahwa meskipun menurut pandangan orang One Direction bisa bebas melakukan apa pun, tetapi sebenarnya ia merasa terjebak karena selalu dikurung di kamar hotel, yang dijaga ketat oleh petugas keamanan.

“Sebagai remaja, satu hal yang aku butuhkan adalah kebebasan untuk membuat pilihan dan kebebasan untuk melakukan sesuatu,” ujar Liam.

“Kami selalu dikurung di kamar pada malam hari, kemudian masuk mobil, ke panggung, bernyanyi, terkunci (lagi di kamar hotel). Itu seperti clothes dust cover, mereka membukanya dan membiarkan kami keluar sebentar, lalu kembali lagi ke dalamnya,” kata Liam.

Dia juga menyebut bahwa kesuksesan yang diraih One Direction pada masa itu adalah berkat pengorbanan. Bahkan pundi-pundi kekayaan yang diperolehnya tidak selalu membuatnya bahagia.

"Ada titik di mana (kondisi) itu toksik dan sulit. Jangan salah paham, kami memang memiliki waktu terbaik yang pernah ada, tapi... Kami tidak menyadari bahwa kami punya pilihan lain pada saat itu. Ada hal yang dikorbankan untuk (mencapai) hal itu. Seperti aku yang memilih untuk menjadi pecandu alkohol. Itu pilihanku saat itu, dan itulah pengorbananku," kata Liam menambahkan.

“Aku masih merasa seperti anak kecil dalam banyak hal. Tidak ada hubungan antara uang dan kebahagiaan. Itu adalah mitos. Uang adalah kemampuan untuk bersantai pada hal-hal tertentu," tuturnya.

Keputusan One Direction untuk hiatus mungkin sangat mengecewakan bagi para penggemar. Tapi bagi Liam, ia bersyukur karena itu adalah kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Terbukti, saat ini dirinya sudah bisa lepas dari minuman keras.

"Pada hari ketika band kami berakhir, aku merasa seperti, 'Terima kasih Tuhan’.  Aku tahu banyak orang akan marah karena aku mengatakannya, tetapi aku benar-benar harus  berhenti atau itu akan membunuhku,” ujar dia.

Berita Lainnya