Apa Itu Mitomania? Penyakit Tukang Bohong yang Sulit Hilang

Hayo ngaku, lo sering berbohong enggak, Kawula Muda?

Ilustrasi bohong (UNSPLASH)
Fri, 07 Oct 2022


Tidak dipungkiri kalau setiap orang pasti pernah melakukan kebohongan. Bohong merupakan pernyataan salah yang dibuat seseorang dengan tujuan agar pendengar percaya. 

Seperti yang kita tahu, orang yang berbicara bohong dan terutama orang yang mempunyai kebiasaan berbohong biasa disebut dengan pembohong. 

Para pembohong suka susah membedakan garis antara kebohongan dan kebenara. Seringnya berbohong memunculkan pertanyaan, apakah bohong merupakan gangguan psikologis? Ternyata, ada istilah psikologis untuk perilaku ini, Kawula Muda, namanya mitomania atau pseudologia fantastica.

Melansir dari Hello Sehat, Kamis (06/10/2022), mitomania atau mythomania adalah kondisi di mana penderita memiliki kebiasaan berbohong yang tidak dapat dikendalikan.

Seseorang yang memiliki kondisi ini sering berbohong, bahkan untuk hal yang menuntut mereka untuk terpaksa berdusta.

Hal seperti ini sering terjadi di sosial media, di mana mereka berbohong antara kehidupan nyata dan juga kehidupan di internet. Mereka merasa lebih nyaman mengatakan hal yang bukan fakta, walau itu bukanlah yang penting sekalipun.

Media sosial bukan menjadi rahasia lagi, siapapun bisa mengumbar kehidupan pribadi lewat aktivitas sehari-hari, baju yang dipakai, makanan apa yang dikonsumsi, dan lain halnya. Hal ini demi menunjukkan yang terbaik di media sosial.

Ilustrasi bohong (YAHOO)

Ciri-ciri Mitomania

Orang yang terkena mitomania biasanya berbohong tanpa disertai intensi khusus untuk menyakiti perasaan seseorang, menutupi kesalahan, atau penyebab lainnya.

Dalam laman Kompas, terdapat ciri-ciri dari mitomania yang perlu Kawula Muda tahu:

- Kebohongan mereka tidak memiliki keuntungan khusus

- Biasanya ceritanya dramatis, pelik, dan sangat detail

- Mereka mempercayai bahwa cerita mereka benar-benar terjadi

- Biasanya mereka menjadi tokoh utama penyelamat atau korban dalam cerita

- Kebohongan disampaikan berkali-kali dan terus-menerus

Biasanya orang yang merasakan mitomania dalam media sosial, tujuannya tidak jauh demi mendapatkan popularitas, contohnya seperti ingin mendapatkan lebih banyak like, viewers, atau followers. Mereka sering kali berbohong hanya untuk mendapatkan eksistensi.

Berdasarkan laman Tempo, orang mitomania biasanya masih fasih saat berbicara tentang kebohongan. Ada kecenderungan tidak menunjukkan tanda kebohongan yang umum, seperti jeda yang lama atau menghindari kontak mata. Ketika ditanya pertanyaan, mungkin berbicara banyak tanpa pernah spesifik atau menjawab pertanyaan.

Penyebab mitomania

Perilaku berbohong memang tidak bisa diklaim secara pasti apa penyebabnya. Namun, faktor lingkungan bisa saja memengaruhi tindakan tersebut. Mitomania terjadi juga karena beberapa alasan yang melatarbelakangi.

Mengutip dari Halodoc, penyebab mitomania beragam, salah satunya faktor psikologis pengidap. Biasanya, orang tersebut pernah memiliki pengalaman kegagalan atau pengalaman yang kurang baik dari kenyataan yang pernah ada misalnya kegagalan dalam keluarga, kegagalan dalam studi, atau pekerjaan.

Berikut penyebab lain dari mitomania:

- Kegagalan dalam hidup, misalnya masalah keluarga, pertemanan, percintaan, pendidikan, dan lain-lain

- Rendahnya harga diri. Ini terkait dengan penderita yang tidak bisa menerima kondisi dirinya sendiri

- Kurangnya kasih sayang

Efek yang diderita

Ilustrasi bohong (UNSPLASH)

Dikutip dari publikasi Localisation of Increased Prefrontal White Matter in Pathological Liars, efek yang diderita oleh mitomania adalah mempengaruhi seseorang untuk berbohong. Kebohongan kompulsif juga ciri yang diketahui dari beberapa gangguan kepribadian.

Di samping itu, mitomania kerap dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental seseorang. Orang yang suka berbohong sering muncul sebagai gejala dari penyakit atau gangguan mental yang lebih besar.

Selain itu, dalam laman Hello Sehat, seseorang bisa rentan menjadi mitomania seperti bipolar, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), narcissistic personality disorder (NPD), gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder), serta ketergantungan zat (kecanduan).

Bagaimana cara menyembuhkan mitomania?

Ada cara untuk menyembuhkan mitomania, kok Kawula Muda. Dalam laman Klik Dokter, cara menyembuhkannya bukan dari obat-obatan, melainkan dari psikoterapi atau terapi oleh psikolog atau psikiater untuk membantu seseorang memahami dan mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Biasanya membutuhkan proses hampir satu tahun agar penderita benar-benar sembuh dari penyakit ini.

Walau demikian, melakukan perawatan lewat psikoterapi pun bisa sangat sulit dilakukan. Sering ditemukan penderita tidak menyadari kondisinya dan bisa saja membohongi psikiater atau psikolog. Mereka bisa saja berkata tidak jujur selama perawatan berlangsung.

Maka dari itu, pentingnya peran orang terdekat untuk menangani riwayat seorang mitomania.

Berita Lainnya