Peneliti Temui Banyak Konten Gangguan Mental di TikTok yang Menyesatkan

Jadi tetap harus dicari tahu kebenarannya lagi ya, Kawula Muda!

Ilustrasi aplikasi TikTok. (UNSPLASH)
Sat, 02 Jul 2022

Lewat penelitian terbaru, diketahui lebih dari 50 persen konten mengenai gangguan mental, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang beredar di platform video TikTok adalah hoaks alias misinformasi.

Hal tersebut disebarkan lewat akun Twitter Dr. Jonathan N. Stea, seorang psikologis klinis.

"Informasi kesehatan mental yang salah merajalela di media sosial. Dalam penelitian ini, lebih dari setengah video ADHD populer di TikTok menyesatkan dan yang mengejutkan, ada lebih dari 2,8 juta penayangan per video dan setiap video dibagikan rata-rata 31.000 kali," tulisnya pada Jumat (24/06/2022). 

Ia pun melampirkan salah satu jurnal yang dipublikasi oleh SAGE Journal. Dari penelitian tersebut, disebutkan bahwa 52 persen dari 100 video yang memenuhi kriteria penilaian masuk ke dalam kategori menyesatkan. 

Karena itulah, penelitian turut mengimbau pentingnya bagi para dokter untuk memberikan informasi yang rampung, lengkap, dan benar terkait informasi kesehatan. 

“Dokter harus menyadari penyebaran luas dari misinformasi kesehatan di platform media sosial dan dampak potensialnya pada perawatan klinis,” begitulah isi kesimpulan dari jurnal penelitian tersebut. 

Di sisi lain, ADHD adalah sebuah gangguan mental yang membuat pasiennya kesulitan untuk memusatkan perhatiannya. Karena itu, biasanya sang pasien menjadi hiperaktif. 

Biasanya, gejala ADHD terjadi di usia kanak-kanak. Walau tidak dapat disembuhkan seratus persen, diketahui ADHD dapat diredakan gejalanya dengan penanganan yang tepat. 

Berita Lainnya