Penting untuk Asupan Energi dan Konsentrasi, Kapan Sih Waktu yang Tepat Buat Sarapan?

Hai Kawula Muda, sudah sarapan belum nih?

Ilustrasi sarapan sehat. (FREEPIK)
Tue, 22 Feb 2022

Sarapan disebut-sebut sebagai waktu penting untuk makan, sehingga sebaiknya tidak dilewatkan. Sayangnya, makan di pagi hari ini sering sekali disepelekan dan dilewatkan.

Namun, kapan ya waktu paling ideal untuk sarapan?

Dilansir Antara, dokter spesialis gizi klinik dari Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia, Diana F. Suganda mengatakan, sarapan idealnya dilakukan setengah hingga satu jam sebelum beraktivitas.

“Jam sarapan (adalah) sebelum aktivitas. Tujuan sarapan memberikan energi saat beraktivitas. Setengah jam atau sejam sebelum (beraktivitas) masih oke,” kata Diana.

Menurut Diana, sarapan dapat menjadi semacam bahan baku atau energi pertama untuk seseorang beraktivitas. Pada anak-anak khususnya, sarapan bisa membantu mereka berkonsentrasi saat belajar.

Ia juga menuturkan bahwa satu-satunya energi untuk otak yang paling mudah didapatkan adalah glukosa, salah satunya dari karbohidrat.

Sarapan sangat dibutuhkan sebagai sumber protein agar kita dapat berkonsentrasi dan bisa melakukan aktivitas harian.

Ilustrasi aneka makanan untuk sarapan. (FREEPIK)

 

Belum jadi tradisi

Syanganya, berdasarkan data, di Indonesia sarapan belum menjadi kebiasaan, khususnya di kalangan anak-anak.

Sebuah riset yang dilakukan Pergizi Pangan Indonesia pada 2013 menunjukkan, hampir 60 persen anak Indonesia belum memiliki kebiasaan sarapan dengan alasan beragam. Mulai dari tidak sempat hingga tidak terbiasa sarapan.

Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, sebanyak 44,6 persen anak Indonesia mengkonsumsi sarapan dengan asupan gizi kurang dari 15 persen total kebutuhan energi.

Bahkan, sekitar 26,1 persen anak hanya minum teh, air putih atau susu untuk sarapan. Padahal anak usia sekolah membutuhkan 1.550 kalori per hari, mulai dari karbohidrat, protein, hingga lemak yang mengandung omega 3 dan 6 serta vitamin, mineral dan juga serat untuk mendukung kesehatan dan pertumbuhannya.

Jika tidak terpenuhi, tentu akan berdampak pada pertumbuhan, status gizi hingga penyerapan ilmu di sekolah.

Di sisi lain, anak yang tidak terbiasa sarapan mungkin tidak akan merasa kelaparan tetapi kurang bisa berkonsentrasi saat belajar karena otaknya tidak cukup mendapatkan energi asupan, terutama karbohidrat dan protein.

Begitu pentingnya sarapan untuk tubuh, maka edukasi mengenai sarapan menjadi penting. Diana menuturkan, dari sisi porsi, sarapan bisa disesuaikan dengan kebutuhan tetap mengikuti kaidah gizi seimbang.

“Nasi boleh, roti boleh. Lengkapi dengan protein misalnya telur, ayam suwir, sayuran, buah, boleh ditambah segelas susu. Pilih yang mudah disiapkan, enak, dan bergizi,” demikian pesan Diana.

Berita Lainnya