Take Off dan Landing, Momen Paling Krusial dalam Keselamatan Penerbangan

Hai Kawula Muda, ikuti petunjuk keamanan dan berdoa bisa jadi modal utama dalam lakukan perjalanan dengan moda apa pun.

Ilustrasi moda transportasi udara, pesawat terbang. (FREEPIK)
Mon, 11 Jan 2021

Sabtu (9/1/2021) siang, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dinyatakan jatuh setelah sebelumnya dilaporkan hilang kontak. Hingga kini, masih diselidiki apa yang menyebabkan jatunya pesawat rute Jakarta-Pontianak tersebut.

Namun, yang menjadi catatan, pesawat hilang kontak (dan jatuh) empat menit setelah lepas landas.

Mengutip Travel and Leisure, secara statistik perjalanan udara adalah cara teraman dibanding moda transportasi lainnya. Dengan transportasi udara kemungkinan hanya 1 dari 9.821 atau 0,01 persen meninggal dalam insiden transportasi udara atau ruang angkasa.

Fase critical eleven

Data statistik juga menunjukkan, saat take off (lepas landas) dan landing (mendarat) adalah fase paling rawan dalam sebuah penerbangan.

Fase ini biasa disebut critical eleven atau sebelas menit paling kritis di dalam pesawat. Critical eleven terjadi pada tiga menit setelah pesawat take off dan delapan menit sebelum landing. Itu menjadi waktu krusial karena bisa terjadi hal yang tidak diinginkan.

Pada critical eleven, pilot yang bertugas harus melakukan komunikasi secara intensif dengan Air Traffic Controller (ATC) untuk mengendalikan pesawat sesuai dengan standar operasi yang berlaku.

Ilustrasi penggunaan seat belt atau sabuk pengaman saat take off dan landing. (FREEPIK)

 

Statistik mencatat, 80 persen kecelakaan pesawat terjadi pada rentang waktu sebelas menit yang dikenal sebagai critical eleven.

Dalam menghadapi critical eleven, awak kabin akan memberikan arahan bagi para penumpang seperti mematikan ponsel, menutup meja, menegakkan sandaran kursi, membuka tirai jendela, dan menggunakan seat belt atau sabuk pengaman.

Aturan-aturan ini diberikan untuk mendukung jalannya evakuasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan menunjang keselamatan penerbangan.

Mana lebih berbahaya, take off atau landing?

Dilansir USA Today, John Cox, pensiunan pilot maskapai asal Amerika Serikat yang juga konsultan keselamatan penerbangan mengatakn bahwa keduanya sama-sama berbahaya.

Ilustrasi pesawat sedang take off atau lepas landas. (FREEPIK)

 

“Lepas landas dan mendarat merupakan kondisi di mana pesawat berada lebih dekat dengan tanah, dengan kecepatan lebih lambat, namun lebih banyak manuver yang terjadi dan ada lebih banyak pesawat di wilayah udara,” kata John.

Momen lepas landas sedikit lebih berbahaya karena pesawat terisi bahan bakar penuh dan mesin berada dalam kekuatan penuh. Kerenanya, apabila kehilangan kontrol, pilot hanya memiliki sedikit pilihan.

Sementara itu, momen jelang mendarat memiliki risiko yang lebih rendah, pasalnya pesawat bisa menentukan pendaratan di tempat kosong dan pilot juga masih punya waktu untuk merencanakan seuatu jika terjadi kesalahan.

Di laman Quora, pensiunan pilot tempur Amerika Serikat, Tom Ferrier menjelaskan bahwa momen pendaratan lebih sedikit berbahaya daripada lepas landas.

“Pendaratan umumnya dianggap sedikit lebih berbahaya dan membutuhkan penanganan yang lebih teliti daripada lepas landas. Namun, lepas landas dan pendaratan memiliki tantangan tersendiri,” ujar Ferrier.

Penting tahu pintu darurat dan posisi brace

Ilustrasi petunjuk EXIT atau pintu keluar pesawat. (FREEPIK)

 

Sementara itu, mengutip laman Business Insider, data statistik terbaru dari Boeing menunjukkan bahwa 49 persen kecelakaan pesawat terjadi pada saat mendarat, sedangkan 14 persen terjadi pada saat take off.

Karena dua-duanya memiliki bahaya tersendiri, pensiunan pramugari dari United Airlines, Cheryl Schwartz, mengatakan bahwa penting untuk mengetahui letak pintu darurat saat berada dalam penerbangan.

Ketika duduk di pesawat, jangan lupa untuk menghitung seberapa jauh jarak menuju emergency exit atau pintu darurat.

Schwartz juga mengatakan bahwa penumpang wajib mengetahui posisi brace saat pesawat menghadapi kondisi kritis.

Posisi brace adalah posisi di mana punggung menekuk dan memosisikan tangan serta kepala menempel pada sandaran kursi di depan.

“Ada beberapa posisi brace yang bisa digunakan, tergantung di mana kalian duduk. Jika ada tempat duduk di depan kalian, maka kalian dapat menggunakannya sebagai penyangga. Jika tidak, tekuk kaki kalian dan pegang di bagian lutut,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, tip lain yang bisa dilakukan adalah memiilih kursi tengah di bagian belakang pesawat. Menurut dia, itu adalah tempat duduk teraman.

Berita Lainnya