Riset: Orang Suka Chatting Pakai Emoji untuk Pura-pura Bahagia

Hayo ngakuuu

Ilustrasi berbagai emoji pada ponsel (UNSPLASH/DENIS CHERKASHIN)
Tue, 11 Apr 2023


Emoji kerap digunakan saat berkomunikasi secara online terutama di media sosial. Walau pada awalnya digunakan untuk mengekspresikan emosi atau pesan dengan singkat, riset terbaru malah menunjukkan hal yang sebaliknya, Kawula Muda!

Moyu Liu, peneliti studi informasi disipliner dari Universitas Tokyo menemukan bahwa emoji yang bersifat positif kerap digunakan sebagai masker untuk perasaan negatif yang kita rasakan. Istilahnya, emoji malah menjadi tameng ketika seseorang ingin berpura-pura bahagia. 

Emoji yang cenderung digunakan sebagai tameng adalah emoji bernama ramah dan positif. Misalnya saja emoji seseorang yang tersenyum, blushing, hingga tertawa terbahak-bahak. 

“Seiring dengan semakin lazimnya sosialisasi online, orang menjadi terbiasa memperindah ekspresi mereka dan meneliti kelayakan komunikasi mereka,” kata Moyu Liu, seorang peneliti di Universitas Tokyo, dalam rilis media seperti dikutip dari Frontiers Science News. 

“Namun, saya menyadari bahwa ini dapat membuat kita kehilangan kontak dengan emosi asli kita.”

Diketahui, penelitian tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology pada Maret 2023. Untuk melakukan penelitian tersebut, Miu merekrut 1289 orang dengan Simeiji, keyboard emoji yang paling populer dan banyak diunduh. Ia pun menganalisis hasil studi dari penggunaan Simeiji tersebut. 

“Menariknya, emoji wajah yang tersenyum tidak serta merta mengekspresikan kebahagiaan, tetapi juga digunakan untuk mengurangi intensitas dan menutupi emosi yang tidak cocok untuk diluapkan,” demikian isi kesimpulan dari penelitian tersebut. 

Lebih lanjut, Miu menemukan bahwa banyak orang yang merasa tidak nyaman untuk memberikan emosi negatif kepada siapa saja. Karena itu, mereka cenderung untuk menutupinya dan menyelesaikan pembicaraan dengan cepat (dengan memberikan emoji). 

“Dengan sosialisasi online yang semakin lazim, penting untuk mempertimbangkan apakah itu menyebabkan kita menjadi lebih sulit mengekspresikan dari emosi kita yang sebenarnya,” jelas Liu. 

Walau begitu, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami penggunaan emoji ini, ya Kawula Muda! Bagaimanapun, penelitian tersebut berfokus pada warga Jepang yang memiliki kultur budaya tertutup dan kerap kurang mampu mengekspresikan emosi secara bebas kepada orang lain. 

Berita Lainnya