Seorang Jurnalis Perempuan dengan Berani Tanyakan Hak Perempuan kepada Taliban, Begini Responnya

Kawula Muda, siapa nih yang punya cita-cita jadi jurnalis?

Potret Charlotte Bellis, jurnalis Al Jazeera yang meliput di Kabul. (INSTAGRAM/CHARLOTTEBELLIS)
Fri, 20 Aug 2021

Keberanian seorang perempuan asal Selandia Baru patut diacungkan jempol, karena dengan berani mengembankan tugasnya sebagai jurnalis Al Jazeera di Afghanistan. Ia adalah Charlotte Bellis, perempuan berambut pirang yang diketahui sedang menetap di Kabul, Ibu Kota Afghanistan.

Terlebih lagi pada Selasa (17/8/2021) lalu, Charlotte mengunjukkan giginya melalui konferensi pers pertama Taliban di Kabul. Dalam acara tersebut, terdapat juru bicara Taliban yang ditugaskan untuk memberikan informasi sekaligus membuka sesi tanya jawab untuk para hadirin termasuk wartawan.

Saat masuk dalam sesi tanya jawab, Charlotte menanyakan soal hak-hak perempuan yang dijanjikan Taliban.

Melansir detik.com, ia bertanya, "Aku ingin bicara tentang hak wanita dan anak-anak perempuan, mengenai apakah para wanita diperbolehkan bekerja dan apa anak-anak perempuan masih tetap pergi sekolah. Kepastian apa yang bisa kamu berikan kepada wanita dan anak-anak bahwa hak-hak mereka akan dilindungi?"

Melontarkan pertanyaan terhadap kelompok Islam ekstremis tentunya perlu keberanian yang besar, mengingat apa pun bisa terjadi di luar kendali. Apalagi ditambahkan dengan berita bahwa Taliban pernah menembak perempuan yang di tengah berjalan dengan mengenakan pakaian ketat.

Namun, juru bicara Taliban yang bernama Zabiullah Mujahid tetap menjawab pertanyaan Charlotte dengan sungguh-sungguh.

"Wanita akan diberikan semua hak-haknya. Apakah itu dalam pekerjaan atau aktivitas-aktivitas lain, karena mereka adalah bagian penting dalam masyarakat," ungkapnya.

Zabiullah kemudian menekankan bahwa Taliban pasti akan menjamin semua hak perempuan, dalam batasan-batasan Islam.

Kedatangan Taliban kali ini, setelah 20 tahun berkelana, menyadarkan Charlotte bahwa Taliban bersikap lebih ramah, tetapi wanita usia 35 tahun ini tak akan mudah percaya dengan perlakuan orang-orang Taliban, lantaran ia berpendapat bahwa kelompok Islam ekstremis itu telah memiliki daftar orang-orang yang ingin dibunuh.

Salute!

Berita Lainnya