Tes Covid-19 Lewat Dubur dan Air Liur, Apa Itu?

Hai Kawula Muda, enggak nyaman tes Covid-19 lewat hidung dan tenggorokan, bisa pilih lewat dubur atau air liur nih!

Ilustrasi tanda petunjuk toilet. (FREEPIK)
Tue, 02 Feb 2021

Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 adalah dengan melakukan testing atau pengetesan untuk mendeteksi apakah seseorang telah terapar virus corona atau tidak.

Sejauh ini telah dikenal beragam tes seperti rapid test antibodi yang dilakuan dengan sampel darah, rapid test antigen dengan sampel dan swab PCR (Polumerase Chain Reaction), yang keduanya mengambil sampel dari cairan di pangkal hidung dan tenggorokan.

Hingga saat ini WHO masih merekomendasikan PCR sebagai metode tes terakurat.

Namun, karena rasa tidak nyaman pada proses pengambilan sampel dan hasil yang relatif lama, membuat pihak-pihak pengambil kebijakan mempertimbangkan metode tes lainnya.

Metode tersebut di antaranya adalah swab anal (melalui dubur) dan swab saliva (tes air liur).

Ilustrasi alat tes Covid-19. (FREEPIK)

 

Swab Anal, tes lewat dubur 

Belakangan, metode swab anal untuk mendeteksi Covid-19 tengah menjadi perbincangan luas.

Para dokter di Beijing You’an Hosptal, China, menyebut metode ini lebih akurat dibanding swab nasofaring atau hidung dan pangkal tenggorokan yang sekarang dilakukan secara global (PCR).

Penggunaan metode swab anal didasari oleh temuan bahwa virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan dibanding di saluran pernapasan.  Karenanya, false positive diyakini labih kecil terjadi pada swab anal.

Swab anal dilakukan dengan memasukkan alat swab 3 sampai 5 sentimeter ke dalam rektum atau dubur.

Tes ini dugunakan setelah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun positif terinfeksi varian baru corona Inggris pada Desember 2020.

Dilansir dari New York Post, Rabu (27/1/2021), Li Tongzeng, Kepala Penyakit Menular di Rumah Sakit You’an di Beijing, China, juga membenarkan bahwa swab anal tidak senyaman swab tenggorokan (PCR).

Sejauh ini, metode swab anal hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina Covid-19 utama di Shanghai.

Swab Saliva, tes air liur

Metode pendeteksi Covid-19 yang juga jadi pembicaraan adalah Swab Saliva atau Tes Saliva. Tes saliva adalah metode pendeteksi virus corna dengan menggunakan sampel air liur.

Dikutip dari WebMd, tes saliva mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab yang mengumpulkan materi melalui mulut dan hidung.

Penelitian yang diunggah JAMA Internal Medicine membuktikan, metode air liur menunjukkan keakuratan dalam mendeteksi kasus positif Covid-19 sebanyak 83 persen, sedangkan tes swab PCR sebesar 85 persen.

Studi juga menunjukkan bahwa metode saliva tingkat keakuratannya mencapai 99 persen dalam mengidentifikasi kasus negatif Covid-19. .

Pengetesan spesiemen dengan metode saliva disebutkan memakan durasi lebih cepat karena tidak memerlukan ekstraksi atau pemurnian RNA virus, seperti yang selama ini dilakukan dengan metode swab PCR.

Di sisi lain, dilansir Healthline, metode saliva disebut lebih nyaman dan mudah dibanding swab PCR yang pengetesannya membutuhkan alat berukuran panjang agar bisa masuk sampai nosafaring sehingga menimbulkan rasa sakit.

Pada tes saliva, pasien hanya perlu mengeluarkan air liur dari dalam tenggorokan dan meludah ke dalam botol spesimen untuk tes.

Metode saliva sudah diterapkan di sejumlah negara, seperti di Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Karenanya Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro berharap, Indonesia bisa segera menerapkan tes saliva PCR sehingga tes Covid-19 dapat dilakukan lebih cepat dan murah dibanding PCR.

Atas pertimbangan kenyamanan dan kecepatan hasil, Bambang Brodjonegoro yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI), Sabtu (30/1/2021), mengatakan akan mengkaji penerapan swab saliva di Indonesia.

“Di tahun 2021 ini, dalam rangka mempercepat dan memperluas tes PCR, kami sedang melakukan penelitian untuk mengganti swab dengan saliva. Saliva adalah air liur, sedangkan swab adalah cairan yang diambil dari belakang hidung kita,” ujar Menristek Bambang.

Berita Lainnya