Tren Covid Kembali Naik, Ganggu Transisi Endemi di Indonesia?

Penemuan kasus covid kembali naik, Kawula Muda jangan lupa pake masker dan jaga kesehatan ya

Ilustrasi Covid-19. (PIXABAY)
Fri, 10 Jun 2022

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, kasus positif Covid-19 mengalami kenaikan hingga 31 persen dalam tiga pekan terakhir.

"Jika dilihat pada grafik kasus positif Covid-19 mingguan terjadi kenaikan 571 atau 31 persen dari kasus tanggal 22 Mei 2022, itu dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan," ucap Wiku dalam konferensi pers melalui kanal YouTube BNPB, Rabu (8/6/2022) kemarin.

Kenaikan angka kasus covid-19 kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah kenaikan kasus ini akan mengganggu proses transisi menuju endemi?

Dilansir dari Detik.com, ahli epidemiologi Pandu Riono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menjelaskan bahwa kenaikan kasus pada saat ini terbilang masih sangat terkendali. Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa status endemi bukan wewenang pemerintah Indonesia, tetapi hanya bisa ditetapkan oleh otoritas kesehatan dunia atau WHO.

"Begini, endemi itu bukan urusan pemerintah yang tetapkan itu WHO nanti. Kalau kasus kenaikan ini masih normal, kita kan sekarang sudah masuknya pandemi terkendali jadi tidak ada lonjakan besar," ujarnya.

Vaksin Covid-19 (Virus corona). (FREEPIK)

Pandu juga berharap pemerintah Indonesia kembali menyuarakan program vaksinasi booster di beberapa daerah untuk menjaga terkendalinya penyebaran covid-19.

"Kita bisa bilang sekarang pandemi terkendali. Pemerintah harus segera lakukan upaya vaksinasi booster seperti dulu vaksin satu dan dua, terutama di daerah-daerah sibuk seperti Jakarta," imbuhnya.

Pandu juga menjelaskan bahwa vaksin booster merupakan sesuatu yang penting untuk disebarkan, guna menjaga dan membentuk antibodi masyarakat yang telah terbentuk.

Begitu juga yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohamad Syahril yang menyebut angka kematian di Indonesia akibat COVID-19 masih rendah, yakni di bawah angka batas aman WHO sebanyak tiga persen dari total kasus.

"Kasus ini artinya tidak menyebabkan banyak kematian, seperti gelombang Delta sebelumnya," ujarnya.

Pada indikator positivity rate atau proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites masih di bawah angka indikator WHO, di bawah lima persen. Maka dari itu, masyarakat pun diminta untuk tenang.

"Masyarakat tetap tenang, kenaikan masih di bawah angka indikator standar WHO dan angka indikator yang lain masih di bawah kendali," katanya Syahril.

Walau tetap tenang, terus jaga protokol kesehatan dan tetap menggunakan masker di tempat-tempat yang dianjurkan untuk memakai ya, Kawula Muda!

Berita Lainnya