Gas Air Mata Dilarang, Sanksi FIFA Mengancam Dunia Sepak Bola Indonesia Imbas Tragedi Kanjuruhan

Kawula Muda, semoga tragedi mengerikan ini tidak terulang kembali, ya!

Duka mendalam untuk dunia sepak bola Indonesia. (TWITTER/PSSI)
Sun, 02 Oct 2022

Penggunaan gas air mata oleh polisi saat mengamankan kerusuhan penonton usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (01/10/2022) telah melanggar peraturan yang ditetapkan oleh FIFA. Kerusuhan yang berujung tragedi membuat sejumlah sanksi pun mengancam dunia sepak bola Indonesia.

Tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan 130 orang kemungkinan besar akan membuat Indonesia terancam sejumlah sanksi dari FIFA. Pasalnya, apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan telah melanggar sejumlah poin dalam FIFA Disciplinary Code.

Dalam peraturan kode keamanan yang ditetapkan oleh FIFA di Pasal 19 b, disebutkan bahwa senjata atau gas pengendali massa tidak boleh dibawa atau digunakan di dalam stadion.

Sebelumnya, FIFA pernah menjatuhkan sanksi berat terhadap klub Inggris ketika terjadi tragedi Heysel pada 29 Mei 1985. Saat itu, Juventus menghadapi Liverpool pada final Kejuaraan Eropa yang sekarang dikenal sebagai Liga Champions. Laga Juventus vs Liverpool saat itu berlangsung di Stadion Heysel, Brussels, Belgia.

Insiden terjadi ketika pendukung Liverpool melanggar pagar yang memisahkan dua kelompok supporter dan menyerang pendukung Juventus. Aksi anarkis para pendukung bahkan sampai meruntuhkan dinding Stadion Heysel.

Setidaknya ada 39 orang tewas dan 600 orang lainnya terluka dalam insiden tersebut. Setelah dilakukan penyelidikan, pendukung Inggris ditetapkan sebagai pihak yang bersalah atas insiden mengerikan tersebut.

Pada 2 April 1985, UEFA memberikan hukuman larangan bermain untuk klub-klub Inggris di kompetisi Eropa untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Namun, pada 6 Juni 1985, FIFA menambahkan hukuman larangan bermain tersebut berlaku untuk kompetisi di seluruh dunia.

Hukuman tersebut kemudian dimodifikasi sepekan kemudian dan mereka mengizinkan klub Inggris melakukan laga persahabatan di luar Eropa. Pada Desember 1985, FIFA mengumumkan bahwa klub Inggris bisa memainkan laga persahabatan di Eropa, meski pemerintah Belgia melarang klub Inggris bermain di negaranya.

Belajar dari insiden tersebut, bukan tidak mungkin FIFA juga akan memberikan sanksi terhadap Indonesia. Apalagi, korban tewas dari insiden Kanjuruhan jumlahnya lebih dari dua kali lipat. 

Ancaman sanksi dari FIFA

Ancaman pertama sanksi yang akan diberikan oleh FIFA adalah kemungkinan dibekukannya seluruh pertandingan di Liga Indonesia selama delapan tahun.

Hukuman ini tentu saja akan sangat memberatkan tidak hanya bagi pemain, tapi juga untuk pelatih, PSSI, dan seluruh pihak yang berkaitan dengan Liga Indonesia.

Walaupun kans untuk dibekukan kembali sangat kecil, sanksi ini tetap mengancam. Pada 30 Mei 2015, PSSI sempat dikenakan sanksi oleh FIFA lantaran adanya intervensi yang dilakukan Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terhadap tata kelola sepak bola Indonesia.

Akibatnya, FIFA mencabut keanggotaan PSSI selaku federasi sepak bola Indonesia. Timnas Indonesia maupun klub Indonesia juga dilarang mengikuti kompetisi internasional di bawah naungan FIFA dan AFC.

Setiap anggota dan ofisial PSSI juga tidak bisa mengikuti program pengembangan, kursus, atau latihan dari FIFA dan AFC selama sanksi belum dicabut.

Beruntung, FIFA akhirnya mencabut sanksi kepada Indonesia pada 13 Mei 2016, setelah adanya surat jaminan dari Pemerintah Indonesia yang menyatakan tidak akan ikut campur dalam urusan PSSI.

Ancaman sanksi yang kedua adalah pembatalan keputusan FIFA memilih Indonesia sabagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 20 Mei-11 Juli 2023. Padahal, timnas Indonesia U-2- dan senior di bawah asuhan Shin Tae Yong saat ini telah berhasil menunjukkan prestasinya di pentas Asia.

Namun, imbas tragedi Kanjuruhan, ada kemungkinan FIFA akan membatalkan keputusan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun depan dengan alasan keamanan.

Ancaman sanksi lainnya yang tidak kalah mengerikan adalah pencabutan hak keikutsertaan timnas Indonesia di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20 pada 2023.

Timnas Indonesia sebelumnya telah berhasil lolos di Piala Asia 2023 dan bakal berlaga pada 16 Juni-16 Juli 2023. Sedangkan Piala Asia U-20 akan digelar pada 1-16 Maret 2023 di Uzbekistan.

Sanksi lainnya yang juga mengancam sepak bola Indonesia dari FIFA adalah digelarnya Liga Indonesia tanpa adanya penonton dalam waktu yang sangat lama.

Walaupun tragedi Kanjuruhan belum tentu akan menimbulkan sanksi untuk federasi, tetapi terbuka peluang adanya sanksi terhadap tim-tim Indonesia bisa berlaga di kompetisi Asia.

Adanya kemungkinan klub-klub bola di Indonesia akan dilarang tampil di AFC Club dan Liga Champions Asia. Ini tentu saja akan membuat klub Indonesia semakin minim prestasi.

Apapun sanksi yang akan diberikan oleh FIFA, semoga dunia sepak bola bisa belajar dari tragedi Kanjuruhan dan kejadian mengerikan ini tidak akan terulang kembali.

Berita Lainnya