Thrifting, Ketika Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita Jadi Pilihan Gaya Hidup

Kawula Muda, siapa yang suka thrifting?

Serunya thrifting alias belanja barang bekas berkualitas. (FREEPIK)
Sat, 01 Oct 2022

Gaya hidup BPJS alias Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita saat ini banyak banget dianut oleh generasi muda. Mau terlihat gaya, tapi biaya yang dikeluarkan tidak perlu mahal. Salah satu jalan keluar yang dipilih akhirnya dengan thrifting.

Ya, buat anak muda dengan budget mepet tapi look ingin terlihat jetset, thrifiting bisa jadi solusi yang terbaik. Bahkan enggak cuma mereka yang punya budget pas-pasan saja yang mengikuti gaya hidup dengan thrifting ini, mereka yang hidupnya di kelas menengah ke atas juga menyukai thrifting.

Apa sih thrifting?

Dirangkum dari berbagai sumber, thrifting secara etimologi berasal dari kata bahasa Inggris yang artinya hemat. Kata-kata itu muncul sejak 1300-an. Asal usulnya dapat dilihat sebagai penggunaan sumber daya dengan hati-hati untuk mencapai kemakmuran.

Maknanya lalu berubah dari waktu ke waktu, hingga menjadi kegiatan membeli barang bekas sebagai upaya menghemat pengeluaran.

Thrift sendiri adalah istilah yang dipakai untuk barang bekas atau secondhand yang masih dalam kondisi layak untuk dipakai. Bisa berupa pakaian, elektronik, atau benda-benda antik lainnya.

Sedangkan thrift shop adalah istilah yang dipakai untuk toko yang menjual barang thrift atau barang bekas.

Bukan tren baru

Sebenarnya, thrifting ini bukan tren baru tapi sudah mulai beken dari satu abad yang lalu. Pada abad ke-19 terjadi revolusi industri. Saat itu, ada yang namanya mass production of clothing, di mana harga pakaian sangat murah sehingga banyak orang yang membeli pakaian untuk sekali pakai dan langsung membuangnya. Hal ini membuat masyarakat menjadi sangat konsumtif dan barang-barang bekas menjadi menumpuk.

Salvation Army (NGO pertama saat itu) kemudian mengumpulkan barang-barang tidak terpakai tersebut dan dijadikan donasi. Pada 1897, mereka membuat tempat yang dinamakan Salvage Brigade, di mana orang yang mempunyai barang yang tidak terpakai atau berlebih bisa disumbangkan ke tempat ini.

Ilustrasi thrifting. (FREEPIK)

 

Tempat itu biasanya menerima sumbangan seperti pakaian, furniture, sepatu, mainan, elektronik, dekorasi rumah, dan banyak lagi lainnya. Sementara, warga yang enggak mampu akan mendatangi tempat tersebut dengan membawa gerobak untuk meminta sejumlah barang di antaranya pakaian.

Sekitar 1920-an, di Amerika terjadi krisis besar-besaran di mana bursa saham New York ‘terjun bebas’. Masyarakat banyak yang tidak mempunyai pekerjaan, sehingga mereka tidak bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, mereka memilih untuk mendatangi thrift shop atau toko pakaian bekas. Saat itu, thrift shop terbesar di Amerika Serikat adalah Goodwill Industries. Hal ini kemudian membuat gaya hidup masyarakat berubah dan banyak bermunculan thrift shop lainnya.

Thrifting jadi gaya hidup

Beli baju atau barang-barang bekas saat ini sudah enggak lagi jadi satu hal yang memalukan. Kenapa? Karena thrifting atau membeli barang bekas sudah jadi salah satu gaya hidup. Salah satu alasannya karena banyak orang yang mau mengikuti gaya yang ditampilkan oleh para selebritas dunia. Dan fesyen style ini hanya bisa didapat dari thrift store.

Pada 1990-an, Kurt Cobain menjadi salah satu pelopor thrift style. Dengan ripped jeans, flannel shirt, atau kemeja dan kaos bolong-bolong, membuat gaya vokalis band Nirvana ini banyak ditiru orang. Dan barang-barang yang dipakai oleh Kurt Cobain hanya bisa ditemui di toko barang bekas.

Thrifting kemudian mulai jadi tren karena adanya teori kalau mau keren enggak perlu mahal. Di Indonesia, pada 2011-2013, banyak anak SMA memilih untuk pergi ke toko barang bekas untuk mencari jaket jeans dengan harga murah. Lalu ada juga tren jaket parka yang bikin toko barang bekas diserbu.

Sampai saat ini banyak banget referensi gaya dari pemakaian baju bekas, seperti vintage look. Beberapa waktu lalu sempat demam outfit ala Korea yang bikin banyak anak muda menyerbu toko barang bekas supaya bisa mengikuti gaya idol K-Pop.

Sejumlah selebritas Indonesia juga sering menampilkan busana hasil thrifting. Sebut saja Rayi Putra, Nadin Amizah, Hannah Al Rasyid, Aming, sampai Andien pernah memamerkan gaya mix and match baju bekas.

Seiring perkembangan zaman, memburu barang bekas bukan lagi masuk ke pasar barang bekas seperti Pasar Senen atau Poncol. Tapi sekarang sudah banyak banget toko barang bekas yang menjual barangnya melalui media sosial dan situs e-commerce lainnya.

Bahkan terkadang barang bekas yang dijual harganya enggak lagi murah. Kenapa bisa begitu? Karena banyak orang yang mencari barang bekas langka, unik, atau punya nilai sejarah tersendiri.

Seperti baju bekas yang pernah dipakai oleh boyband BTS saat membuat video klip lagu Dynamite yang terjual sampai Rp 2,3 miliar. Ada juga baju bekas bergambar Snoop Dogg milik seorang warga Sukabumi yang dia beli di toko barang bekas seharga Rp 15 ribu akhirnya dijual lagi dengan harga Rp 36 juta. Ini karena barang-barang tersebut memiliki nilai sejarah bahkan tidak diproduksi lagi.

Jadi, prinsip mau keren enggak harus mahal sepertinya bagus juga untuk diikuti ya, Kawula Muda. Karena mau baru atau pun bekas, kuncinya cuma satu yaitu percaya diri!

Berita Lainnya