Antropolog Jerman Lakukan Penelitian Tentang Kuntilanak, Ini Hasilnya!

Kawula Muda, siapa yang takut hantu di sini?

Kuntilanak diteliti oleh seorang antropolog Jerman, ternyata pendiri kota Pontianak! (SHUTTERSTOCK)
Mon, 06 Mar 2023


Indonesia terkenal mempunyai jenis hantu yang bermacam-macam. Sebut saja pocong, genderuwo, hingga kuntilanak. Hal tersebut rupanya membuat salah satu peneliti asal luar negeri tertarik untuk melakukan penelitian. Timo Duile meneliti kuntilanak dalam jurnalnya yang berjudul “Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia”

Jurnal yang telah dipublikasikan ke dalam Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia pada tahun 2020 tersebut berupaya untuk membuat sebuah narasi terkait kuntilanak sebagai ikon budaya pop yang cukup dikenal di beberapa negara di Asia Tenggara.

Kawula Muda, ternyata kuntilanak tidak hanya terkenal di Indonesia, loh! Dikutip Prambors dari jurnal tersebut, kuntilanak juga dikenal di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serta bagian selatan Filipina dan Thailand.

Kuntilanak dikenal sebagai hantu yang tidak dapat menemukan kedamaian setelah ia mati dan sering mengancam orang yang masih hidup. Mengenakan pakaian putih, kuntilanak konon tinggal di bawah pohon atau di hutan sebagai mayat yang 'hidup'.

Menariknya, jika Indonesia menyebutnya dengan ‘Kuntilanak’, Malaysia dan Singapura menyebutnya dengan sebutan ‘Pontianak’, Kawula Muda. 

Pontianak disebutkan sebagai perempuan dengan ciri-ciri seperti vampir, yakni tertarik dengan darah dan berbahaya bagi wanita yang melahirkan.

Ternyata, penyebutan Kuntilanak sebagai Pontianak di berbagai negara berhubungan dengan asal muasal nama kota Pontianak, menurut mitos, loh, Kawula Muda.

Hal tersebut yang kemudian diteliti oleh Timo, begini hasilnya:

Mitos Kuntilanak Sebagai ‘Pendiri’ Kota Pontianak

Ilustrasi kuntilanak, hantu asal Indonesia yang mendunia (KOREABOO)

Menurut Timo, orang-orang di Pontianak, Kalimantan Barat, mengklaim bahwa kota itu didirikan dengan menggusur Kuntilanak, yang mendiami pertemuan sungai Kapuas dan Landak sebelum kota itu dibangun, Kawula Muda.

Dulunya, daerah itu diketahui masih berupa rawa-rawa dan hutan lebat. Kemudian, ada yang mengklaim bahwa nama 'Pontianak' berasal dari bahasa Melayu 'Ponti', yang berarti 'pohon tinggi'.

Oleh karena itu, di kemudian hari muncul narasi kuntilanak yang sering dihubungkan dengan pohon tinggi di pedesaan Kalimantan Barat.

Narasi kuntilanak ini sebagian besar didasarkan pada cerita yang dikumpulkan selama kunjungan kerja lapangan Timo selama enam bulan pada tahun 2014. Ia menggunakan pendekatan objek seputar manusia dan roh, terutama dalam sudut pandang orang-orang di Pontianak, Kalimantan Barat.

"Selama kunjungan yang sering ke Pontianak pada tahun-tahun berikutnya, saya dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang narasi hantu yang ada di kota. Pekerjaan lapangan awal saya berkaitan dengan narasi animisme dari aktivis Dayak dan orang Dayak yang tinggal di desa-desa di Kalimantan Barat," terang Timo.

Karena mitos ini hanya berada di Pontianak, kota ini secara luas dianggap sebagai kota kuntilanak di Indonesia, loh. Bahkan, fakta tersebut sempat memicu perdebatan pada tahun 2017.

Diketahui, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Pontianak membuat pernyataan untuk mendukung pembangunan patung kuntilanak setinggi seratus meter di samping Sungai Kapuas, untuk menarik wisatawan.

Kuntilanak Berperan Sebagai Kemajuan Pemikiran Masyarakat Setempat

Tidak hanya sebagai ‘pendiri’ kota Pontianak, antropolog asal Jerman tersebut juga mengungkapkan narasi tentang kuntilanak adalah mitos dan modus 'pencerahan dalam arti luas', yaitu sebagai 'kemajuan pemikiran'.

Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dan menempatkan mereka sebagai penguasa, Kawula Muda.

"Dengan demikian, konsep ini kontras dengan alam pedalaman Kalimantan yang liar dan menakutkan. Bukan hanya konsep diri kemelayuan di Pontianak, tetapi juga masyarakat modern dan maju di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada umumnya," terangnya

Meski begitu, Timo menekankan bahwa persepsi mitos ini ada konsekuensinya, loh. Pasalnya, kuntilanak telah mewujudkan dan mempertahankan dimensi traumatis dari masyarakat lain.

Kawula Muda, siapa yang takut dengan kuntilanak di sini?

Berita Lainnya