Fenomena Unik Kota Rjukan, Tetap Gelap Meski Matahari Bersinar Terik

Hai Kawula Muda, meski matahari bersinar terik, kota Rjukan tetap gelap, kok bisa ya?

Rjukan, kota tanpa sinar matahari. (INSTAGRAM/VISIT RJUKAN)
Mon, 31 Aug 2020

Sebuah fenomena alam yang menarik ada di kota bernama Rjukan, Norwegia. Meski matahari bersinar terik, kota ini akan tetap gelap. Karenanya kota ini dijuluki Kota Tanpa Sinar Matahari.

Kota Rjukan masuk dalam kawasan Telemark, tepatnya di lembah kaki gunung Gaustatoppen. Jarak tempuh ke kota ini dari kota Oslo (ibu kota Norwegia) adalah sekitar 2 jam 30 menit.

Rjukan adalah kota industri. Namun, karena adanya fenomena ini, maka banyak wisatawan yang penasaran dan ingin melihatnya langsung.

Mengutip dari situs resmi Visit Norway, fenomena tersebut terjadi salama 6 bulan dalam setahun atau di sekitar September sampai Maret, saat musim dingin tiba.

Sebenarnya matahari muncul, tetapi cahayanya tidak pernah sampai ke kota berpenduduk 3.500 jiwa ini. Hal itu terjadi karena lereng-lerang curam dan pegunungan yang mengepung kotanya. Uniknya, saat di musim-musim lain, cahaya matahari dapat menyinari kota Rjukan.

Cermin raksasa pemantul matahari

Pada 1913, pendiri kota Rjukan, Sam Wyde memiliki sebuah ide. Ia yang kasihan pada warganya karena tak merasakan sinar matahari, kemudian merancang pembuatan cermin raksasa di atas gunung. Dari cermin itu nantinya cahaya akan terpantul ke kota.

Sayangnya, ide Sam Eyde tak dapat terealisasi karena faktor biaya dan teknologi. Para penduduk kemudian harus rela naik gondola ke atas lereng gunung kalau mau kena sinar matahari.

Cermin Raksasa pemantul sinar matahari di lereng bukit Bjurka. (INSTAGRAM/NINA ASKEMYR)

 

Hingga pada 2013, seorang warga yang bekerja di pembangkit hidroelektrik, Martin Andersen, mewujudkan ide yang nyaris sama dengan pendahulunya.

Andersen membuat tiga cermin khusus  menggunakan metode heliostat berukuran 17 meter persegi dan diletakan di atas lereng gunung setinggi 450 meter.

Metode heliostat adalah salah satu cara baru untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan. Tetapi, tidak mengonversi panas menjadi energi listrik melainkan hanya memanfaatkan sinar matahari untuk dipantulkan ke dalam sebuah ruang sebagai penerangan.

Cahaya matahari yang terpantul dari cermin-cermin tersebut bisa menerangi kota seluas 600 meter persegi.

Untuk mewujudkannya, Andersen harus mengeluarkan dana sampai 5 juta Nok atau sekitar Rp 8 miliar pada saat itu. Kabarnya, uang itu didapatnya dari sponsor dan bantuan pemerintah.

Pujian dari warga dan beberapa penghargaan pun diterima oleh Andersen atas penemuan yang dinamakan The Sun Mirror tersebut.


Berita Lainnya