Mengenal Apa Itu Polusi Suara dan Bahayanya yang Menghantui Bali

Ternyata polusi suara banyak banget bentuknya, Kawula Muda!

Ilustrasi seseorang yang mengalami dampak negatif akibat polusi suara (UNSPLASH/ELYAS PASBAN)
Tue, 13 Sep 2022


Polusi suara kembali disorot setelah muncul petisi yang dikirimkan warga Bali kepada Presiden untuk menyelesaikan masalah kebisingan yang terjadi di Canggu dari banyaknya klub malam di wilayah tersebut.  

Tak hanya tertuju pada Jokowi, petisi dengan judul End Extreme Noise in Canggu tersebut juga ditujukan kepada Megawati Soekarnoputri, Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Bali dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat.

Polusi Suara dapat dipahami sebagai penyebaran suara yang tidak diinginkan di lingkungan. Apabila Kawula Muda kerap mendengar suara bising yang tidak diinginkan, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai polusi suara loh!

Misalnya saja, suara knalpot yang terlalu bising. Selain itu, suara konstruksi hingga ramainya suara orang lain yang tengah mengobrol juga termasuk polusi suara. 

Walau seolah merupakan hal yang renyah, dampak yang dirasakan oleh Kawula Muda apabila terlalu banyak terpapar polusi ini tentu tidak remeh. 

Ilustrasi tidak dapat tidur akibat polusi suara (iSTOCK)

 

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat noise di atas 85 dB dengan paparan lebih dari 8 jam berbahaya bagi kesehatan. Apabila berlebihan, polusi suara dapat mengakibatkan peningkatan stres, gangguan tidur, dan bahkan kerusakan pendengaran loh!

Hal itu mengingat otak manusia yang aktif memantau suara sebagai tanda-tanda bahaya. Apabila terlalu banyak mendapat rangsangan dari suara bising, hal tersebut dapat memicu kecemasan hingga stress yang berlebihan pada otak. 

Lebih lanjut, akibat dari rasa stress tersebut juga memengaruhi kesehatan mental. Misalnya saja jadi lebih mudah tersinggung, gelisah, frustrasi, maupun marah. 

Tak hanya dewasa, anak-anak pun sangat rentan terhadap dampak negatif polusi suara. Sebuah studi pada 2014 lalu menemukan bahwa paparan polusi suara dengan kuantitas lebih dari 8 jam sehari dapat menyebabkan perubahan permanen kepada anak-anak. 

Karena itu, ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan anak-anak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, berkomunikasi, hingga bekerja secara kognitif. 

Di sisi lain, polusi suara juga dapat memengaruhi kesehatan fisik telinga. Misalnya saja gangguan pendengaran, tinnitus (telinga selalu berdengung), hingga Paracusis (kerusakan pendengaran).

Berita Lainnya