Stereoflow Ubah Lapangan Basket Pamulang Jadi Karya Seni

Kawula Muda, kalau lapangan basketnya begini, kamu jadi semangat olahraga gak?

Image Caption
Wed, 30 Sep 2020

Stereoflow Basketball Court Series merupakan sebuah movement yang diinisiasi TEAMUP bersama Adi Dharma a.k.a Stereoflow.

Gerakan menggambar lapangan basket ini rencananya akan dilakukan Stereoflow menyebar di berbagai kota di Indonesia. Proyek TEAMUP dan Stereoflow menjadi perkenalan konsep dari mural street culture yang akan mereka kenalkan lebih dekat kepada anak muda Indonesia.

Melalui Stereoflow Basketball Court Series, Lapangan Basket Pamulang yang pertama dijadikan kanvas dalam proyek ini. Streoflow mengubah lapangan basket yang umumnya hanya memiliki dua warna, kini menjadi suatu karya seni.

Stereoflow menerangkan bahwa tujuan dari pemilihan lapangan basket sebagai medianya ialah menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan diri dan menumbuhkan semangat berolahraga masyarakat, khususnya kalangan anak muda.

“Project ini sepenuhnya untuk masyarakat, agar bisa dinikmati, dan memberikan efek baik, tidak hanya semangat berolahraga tapi bisa menyatukan perbedaan. Warna-warni dari mural yang diibaratkan sebagai perbedaan yang ada di masyarakat, kemudian warna tersebut akan menjadi mural apik yang melambangkan persatuan dan menciptakan harmoni dalam kebersamaan,” kata Streetflow.

Mural Lapangan Basket Pamulang Karya Stereoflow. (medium.com)

 

Proyek perdana ini memakan waktu sekitar 10 hari, dimulai dari 8 September hingga 17 September 2020. Proses pengerjaan sempat terhambat selama 4 hari karena hujan.

Pemilihan corak mural yang dituangkan di lapangan menjadi ajang mengekspresikan diri. Stereoflow juga menanamkan aura semangat, persatuan, dan kebersamaan dalam perbedaan.

Stereoflow ingin menjadikan street culture ini bukan hanya ada di jalanan, melainkan bisa dilihat sebagai karya-karya yang bersanding dengan karya seniman lain yang ada di sebuah galeri seni atau pameran karya seni.

“Kami percaya bahwa seni dapat menginspirasi orang lain untuk tidak takut mengangkat budaya apa pun yang dipercaya,” kata Adi Dharma.

Berita Lainnya