Aksi Teror Para “Lone Wolf” Kian Marak Terjadi di Tanah Air, Apa Penyebabnya?

Hai Kawula Muda, ayo sama-sama lawan aksi teror!

Ilurtrasi teroris bertopeng. (UNSPLASH)
Sat, 03 Apr 2021

Aksi penyerangan di Mabes Polri, Rabu (31/3/2021), yang dilakukan oleh ZA disebut sebagai aksi teroris lone wolf atau dilakukan seorang diri.

Hal itu disampaikan oleh Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam keterangan pers yang dilakukan di Mabes Polri, Rabu malam.

Di tempat terpisah, pengamat intelijen dan keamanan negara, Stanislaus Riyanta, juga mengungkapkan bahwa pelaku teror lone wolf tak terafiliasi dengan organisasi apa pun. Lone wolf selalu bergerak sendiri.

Menurut dia, istilah lone wolf banyak digunakan dalam dunia terorisme saat ini. Banyak juga jurnal ilmiah yang menganalisis pergerakan teroris tunggal ini.

Mirisnya, fenomena penyerangan tunggal ini sudah dapat diprediksi sejak dua tahun lalu. Sejak saat itu banyak pelaku lone wolf yang menyasar anggota Kepolisian Republik Indonesia.

Pemikirian-pemikiran kelompok teror seperti ISIS, Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), seringkali menganggap polisi sebagai musuh yang harus diperangi.

Lantas, mengapa fenomena lone wolf kian marak terjadi?

Strategi menjaga keamanan jaringan

Pengamat terorisme dan direktur Institute for Policy Analisys of Conflict, Sidney Jones, kepada BBC mengatakan, strategi ini diambil karena jaringan teror menilai “terlalu berbahaya bagi mereka untuk bergerak sebagai satu organisasai besar”.

Karenanya, melakukan aksi teror secara sendiri-sendiri (lone wolf) dianggap menjadi strategi untuk menjaga keamanan sebuah jarigan terorisme.

Ilustrasi orang merakit bom. (FREEPIK)

  

Sementara itu, pengamat terorisme Taufik Andrie mengatakan, pola eksekusi seorang diri membuat serangan berikutnya menjadi sulit untuk dideteksi. Dengan demikian, polisi ataupun intlijen akan kesusahan untuk mengantisipasi teror selanjutnya.

Sudah beberapa kali terjadi

Seperti dikatakan Stanislaus Riyanta, fenomena lone wolf mulai marak dua tahun belakangan. Berikut ini, beberapa aksi teror yang diklaim dilakukan oleh lone wolf.

1. Teror bom di Mal Alam Sutera pada 2015 oleh tersangka Leopard Wisnu Kumala (29 tahun). Leopard disebutkan tak terkait dengan jaringan teror, namun mampu merakit bom jenis TATP (Traicetone Triperoxide) yang merupakan bahan berdaya ledak tinggi.

2. Teror bom di Pos Polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah pada 2019. Akibat ledakan itu, pelaku terluka parah. Namun, tak sampai membuat korban jiwa.

3. Teror seorang teroris lone wolf juga mencoba masuk ke Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara, pada 2019. Ia mengaku ingin mengurus SKCK. Beberapa saat kemudian, pelaku meledakkan bom di halaman kantor Mapolrestabes.

Berita Lainnya