BKKBN Setuju Jangan Buru-Buru Nikah, Resesi Seks Bagaimana?

Mungkin bilangnya begini maksudnya begitu, Kawula Muda

Ilustrasi sepasang kekasih memamerkan cincin pernikahan mereka. (FREEPIK)
Thu, 22 Dec 2022


Baru-baru ini Warganet ramai membahas tentang nasihat dari orang yang sudah menikah kepada mereka yang masih lajang. Kebanyakan, orang yang sudah menikah menyarankan agar tidak buru-buru menikah. 

Hal ini awalnya ramai diperbincangkan sejak salah satu Tweet dari seorang Warganet viral. "Kenapa ya rata2 orang yang sudah menikah ngasih wejangan untuk tidak buru2 menikah," tulis pemilik akun @sinta***aknya pada 17 Desember 2022, mengutip Liputan 6.

Ilustrasi Keluarga Berencana (FREEPIK)

Tiga hari berselang, Tweet tersebut mendapat 4 ribu Retweet dan 26 ribu likes. Tweet tersebut sukses mengundang adu argumen alasan dibalik tidak buru-buru menikah. Menariknya, Tweet ini menarik perhatian Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Menurutnya, Tweet tersebut sejalan dengan anjuran BKKBN, yaitu idealnya perempuan menikah di usia 20 tahun ke atas sementara laki-laki di usia 25 tahun ke atas. Anjuran tersebut berpatok pada kesiapan fisik, finansial, hingga kematangan mental dan kedewasaan individu.

"Saya kira pernyataan itu banyak benarnya, karena kan sekarang ini orang masih banyak perempuan yang menikah belum di usia 20 tahun. Kemudian kedua, laki-laki harapannya lebih dewasa daripada perempuan sehingga kita BKKBN kampanyenya laki-laki 25 tahun dengan harapan laki-laki sebagai pemimpin keluarga jauh lebih dewasa daripada perempuan," ujarnya mengutip Detikcom, Senin (19/12/2022). 

Tidak hanya itu, menurut Hasto, lebih jauh, tidak buru-buru untuk menikah juga akan menekan angka perceraian. Jika pasangan suami-istri belum cukup dewasa untuk menghadapi konflik tersebut, menurutnya semakin besar risiko perceraian.

"Sekarang ini kan angka perceraian juga tinggi. Perceraian itu lebih disebabkan konflik-konflik kecil yang sifatnya terus-menerus terjadi yaitu namanya konflik kronis. Kronis itu kan berlangsung lama, terus-menerus itu namanya kronis," ungkap dr Hasto.

"Makanya, keluarga bukan cuma ikatan emotional sex tapi juga punya ikatan kebersamaan seperti membangun visi bersama dalam organisasi," kata Hasto. 

Di samping itu, baru-baru ini Indonesia dikatakan berpotensi mengalami resesi seks, Kawula Muda. Resesi seks sendiri adalah kondisi di mana masyarakat tidak ingin melakukan hubungan seks, menikah atau memiliki anak.

Hasto sendiri yang mengatakan akan gencar menjalankan program fasilitas yang dapat membantu ibu untuk hamil agar terhindar dari resesi seks.

Meski begitu, Hasto tak sepenuhnya sepakat bahwa menikah itu tak perlu buru-buru terutama bagi yang sudah di atas 30 tahun, Kawula Muda. 

"Menurut saya, kalau perempuan usia 30 dikasih tahu agar tidak usah buru-buru nikah itu menurut saya tidak tepat," kata Hasto.

Berita Lainnya