Fakta Tentang Hepatitis Misterius di Indonesia: Kasus, Penyebab, dan Cara Pencegahan

Jangan lupa jaga kesehatan ya, Kawula Muda!

Kasus hepatitis akut misterius. (ISTOCKPHOTO)
Thu, 12 May 2022

Kasus Covid-19 masih belum reda, kini dunia dihadapkan dengan temuan virus baru yang menyerang anak-anak. Virus hepatitis akut misterius merebak di sejumlah negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit hepatitis akut misterius. Gejala dari pasien yang diberitakan berupa urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit menguning, demam tinggi.

Berikut beberapa fakta kasus hepatitis akut misterius yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Enam anak meninggal dunia

Ilustrasi virus hepatitis. (LIPUTAN6)

 

Di Indonesia, kasus hepatitis akut misterius menyebabkan enam anak meninggal dunia. Dari keenam kasus tersebut tiga kasus meninggal ditemukan di DKI Jakarta, satu di Tulungagung, satu di Solok, dan yang terakhir ini di Medan.

2. 15 anak terinfeksi virus hepatitis misterius

Hepatitis akut misterius yang menyerang pada anak. (KABAR24)

 

Sebanyak 15 anak di Indonesia terjangkit virus hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya.

Penyebab virus itu dilaporkan terjadi di sejumlah provinsi Indonesia, mulai dari DKI Jakarta, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Kepulauan Bangka Belitung.

Dari belasan kasus tersebut, empat di antaranya sudah dikategorikan menjadi pending klasifikasi lantaran sudah melalui sejumlah pemeriksaan seperti non hepatitis A,B,C,D,E maupun Adenovirus. Namun, dibutuhkan waktu dua pekan untuk mengetahui hasil pemeriksaan Hepatitis E dan Adenovirus.

Sementara itu, 11 kasus lainnya masih dilakukan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui kondisi infeksi.

3. Muncul rasa mual, demam, hingga hilang kesadaran

Ilustrasi merasa mual. (SHUTTERSTOCK)

 

Pasien hepatitis akut misterius atau hepatitis mengeluhkan beberapa gejala, di antaranya urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit menguning, dan gatal.

Adapun yang mengalami gejala nyeri sendiri atau pegal disertai demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut. Pasien pun kehilangan nafsu makan, lesu, diare, disertai kejang.

Hal ini membuat Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso pun menekankan pentingnya deteksi ini untuk menemukan gejala-gejala hepatitis misterius pada anak.

4. Menular lewat makanan yang masuk ke mulut

Ilustrasi membagi makanan. (PEXELS)

 

Menteri kesehatan Budi Gunadi menyebut virus hepatitis akut misterius yang pertama kali ditemukan pada 27 April 2022 menular melalui asupan makanan yang masuk melalui mulut.

Budi menyarankan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan seperti rajin mencuci tangan.

Sama halnya dengan penjelasan dari dr. Restu Kurniawan, spesialis penyakit dalam RS Budiono TNI-AU, Subang, Jawa Barat, yang mengatakan bahwa virus hepatitis bisa menular dari cairan tubuh, seperti salah satunya air liur.

5. Orang dewasa bisa terkena hepatitis

Meski kasus yang terlapor mayoritas korban yang terjangkit adalah usia anak-anak, namun bukan berarti orang dewasa bisa terbebas dari hepatitis. Bahkan, saat ini kasus yang terlapor, anak berusia 16 tahun yang sudah beranjak remaja menjadi salah satu korbannya. 

Walau begitu, hal ini tetap bisa dicegah dengan menjaga higienis diri masing-masing dengan tetap menjalankan 5M seperti di kala pandemi Covid-19. 

6. Cara Pencegahan

Ilustrasi anak mencuci tangan. (PEXELS)

 

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyarankan agar orang tua mengikuti beberapa langkah pencegahan, seperti rajin mencuci tangan, konsumsi makanan dan minuman yang bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya.

"Sebentarnya di masa pandemi ini yang dilakukan sudah benar. Mencuci tangan dan memakai masker sudah menjadi perlindungan terhadap diri sendiri," jelas dr. Restu.

Selain itu, orang dewasa juga diminta untuk tetap menjaga kesehatan dan menghindari seks bebas. Karena salah satu cara penularan hepatitis adalah berasal dari cairan tubuh atas hubungan yang jorok. Penggunaan masker lebih diperketat serta tidak menggunakan alat makan yang sama untuk menghindari adanya perpindahan air liur.

7. Hepatitis tidak berpotensi menjadi pandemi

Menurut keterangan dari dr. Restu Kurniawan, hepatitis dinyatakan tidak berpotensi sebagai pandemi. Hal ini disebabkan, sejak tahun 1980-an vaksin hepatitis sudah dipasarkan. 

"Terutama untuk hepatitis A dan B, kita sudah diberikan vaksin sejak lahir," jelasnya. 

Keamanan vaksin hepatitis A dan B sendiri sudah mencapai angka 60-80 persen. Namun, untuk hepatitis misterius, WHO telah memberikan kewaspadaan dan masuk ke dalam kategori kejadian luar biasa (KLB).

Di Indonesia sendiri, dari jumlah kasus yang ada, saat ini belum dikategorikan sebagai KLB karena masih butuh penelitian lebih lanjut. Dan hepatitis misterius ini belum bisa dinyatakan status pandeminya.

Meski begitu, tetap harus menjaga diri dari kontak dengan pasien hepatitis serta tetap taati protokol kesehatan demi menjaga diri sendiri dan sesama ya Kawula Muda!

Berita Lainnya