Jemaah Gereja di Jerman Ibadah Dipimpin oleh Teknologi AI ChatGPT

Katanya, para jemaah pada hikmat, Kawula Muda.

Para jemaah gereja di Jerman ibadah menggunakan teknologi ChatGPT (ARS TECHNICA)
Wed, 14 Jun 2023


Teknologi kecerdasan buatan AI yaitu ChatGPT semakin hari eksistensinya semakin disorot, nih Kawula Muda. Kali ini, teknologi tersebut memimpin ibadah ratusan jemaat gereja di Jerman.

Chatbot ChatGPT itu memimpin lebih dari 300 orang melalui doa, musik, khotbah, dan pemberkatan selama 40 menit, Kawula Muda.

“Teman-teman terkasih, merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini dan berkhotbah kepada Anda sebagai kecerdasan buatan pertama pada konvensi Protestan di Jerman tahun ini,” ujar sebuah wanita dengan teknologi lewat wajah tanpa ekspresi dan suara monoton, mengutip dari laman Business Insider, Rabu (14/06/2023).

Ibadah tersebut sudah termasuk khotbah, doa, dan musik itu, semuanya diciptakan oleh ChatGPT dan Jonas Simmerlein, seorang teolog dan filsuf dari Universitas Wina.

Para jemaah gereja di Jerman ibadah menggunakan teknologi ChatGPT (NEWS IN GERMANY)


"Saya menyusun layanan ini, tetapi sebenarnya saya lebih suka menemaninya, karena menurut saya sekitar 98% berasal dari mesin," kata sarjana berusia 29 tahun itu kepada The Associated Press.

Terkadang, avatar yang dibuat oleh AI secara tidak sengaja menimbulkan tawa para jemaah ketika dia mengucapkan "Menjaga iman kita, kita harus berdoa dan pergi ke gereja secara teratur" dengan ekspresi dan nada datar.

Bahkan, beberapa orang dengan antusias merekam acara tersebut dengan ponsel mereka, loh Kawula Muda. Sementara yang lain melihat dan mendengar dengan hikmat.

Heiderose Schmidt (54) yang bekerja di bidang TI, mengatakan dia bersemangat dan ingin tahu ketika ibadah dengan ChatGPT dimulai, namun semakin lama semakin tidak menyenangkan.

"Tidak ada hati dan jiwa," katanya. "Avatar tidak menunjukkan emosi sama sekali, tidak memiliki bahasa tubuh dan berbicara sangat cepat dan monoton sehingga sangat sulit bagi saya untuk berkonsentrasi pada apa yang mereka katakan."

"Tapi mungkin berbeda dengan generasi muda yang tumbuh dengan semua ini," tambah Schmidt.

Hmm... menurut Kawula Muda bagaimana dengan ibadah menggunakan ChatGPT?

Berita Lainnya