Penting! Bukan Batuk Kering, Anosmia Kini Menjadi Gejala Utama Covid-19

Hai Kawula Muda, jangan lengah, tetap jaga dan taat protokol kesehatan ya!

Ilustrasi mencium bau bunga. (FREEPIK)
Thu, 03 Dec 2020

Sejak mulai menyebarnya virus corona, para ahli mengatakan bahwa demam dan batuk kering adalah gejala paling umum seseorang yang terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Beberapa bulan kemudian, para peneliti menemukan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami kehilangan indra penciuman dan perasa. Setelah itu, muncul lagi laporan bahwa orang yang terpapar Covid-19 juga mengalami sakit perut, kelelahan, dan kabut otak.

Sebuah penelitian terbaru yang dihimpun peneliti di Office for National Statistics (ONS) menunjukkan, di antara semua gejala yang sudah diketahui sejauh ini, ternyata yang paling sering dilaporkan penderita Covid-19 adalah kehilangan indra penciuman atau perasa, yang disebut anosmia.

Mengutip dari Healthline, anosmia bisa bersifat sementara atau permanen. Alergi atau pilek biasanya menyebabkan anosmia sementara.

Kondisi lebih serius yang memengaruhi otak atau saraf, seperti tumor otak atau trauma kepala, dapat menyebabkan hilangnya penciuman secara permanen. Faktor usia juga memengaruhi hilangnya kemampuan mencium.

ILustrasi orang sedang mencium bau bunga. (FREEPIK)

  

Penelitian pasien Covid-19 di Inggris

Berdasarkan data pasien yang dihimpun sejak 15 Agustus hingga 26 Oktober 2020 di Inggris, disebutkan sekitar 20-40 persen dari orang berusia 35 tahun ke atas yang terinfeksi Covid-19 mengalami gejala anosmia.

Hanya 15-20 persen di kelompok umur yang sama yang mengalami gejala demam, dan 13-18 persen yang mengalami batuk kering.

Sementara itu, untuk kaum muda, yakni usia 35 ke bawah, setidaknya ada 60 persen yang melaporkan kehilangan indra penciuman atau anosmia. Hanya 15-25 persen yang melaporkan demam, dan kurang dari 10 persen yang menunjukkan batuk.

Anak usia sekolah adalah kelompok yang paling kecil kemungkinannya menderita batuk. Statistik menunjukkan, hanya 5 persen anak usia sekolah yang positif Covid-19 yang memiliki gejala batuk.

Umumnya, anosmia juga terjadi tanpa diiringi gejala hidung tersumbat. Peneliti mengatakan, anosmia kemungkinan bisa menjadi hal penting untuk mendeteksi dini virus corona.

Bagaimana Covid-19 menyebabkan anosmia?

Misteri tentang Covid-19 menyebabkan anosmia ternyata sudah pernah dikuak oleh para peneliti neurosains di Harvard Medical School. 

Dalam laporan yang dipublikasikan di Science Advances, 24 Juli 2020, tim peneliti menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 ternyata tidak secara langsung menyerang neuron indera penciuman, melainkan sel-sel pendukungnya.

Gen yang mengode protein reseptor ACE2, yakni protein yang digunakan virus corona untuk masuk ke sel manusia, tidak ada pada neuron yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengirimkan bau ke otak.

Sebaliknya, ACE2 diekspresikan oleh sel-sel yang memberikan dukungan metabolik dan struktural atau sel sustentakuler di jaringan epitel neuron indra penciuman. 

Alhasil, ketika sel-sel pendukung kehilangan fungsinya, terjadi perubahan pada neuron indera penciuman.

Penulis studi senior Sandeep Robert Datta mengatakan, peneliti tidak tahu dengan pasti perubahan apa itu.

Namun, kabar baiknya, menurut Datta, temuan ini juga menunjukkan bahwa anosmia pada Covid-19 hanya sementara.

Hal itu dikarenakan infeksi Covid-19 tidak merusak neuron indra penciuman. Jadi, begitu infeksi Covid-19 hilang, neuron indra penciuman tidak perlu diganti atau dibangun ulang alias akan sembuh dengan sendirinya.

Datta menambahkan, anosmia bisa memiliki konsekuensi psikologi dan menjadi masalah kesehatan serius jika terjadi semakin banyak populasi dengan kehilangan indera penciuman permanen.

Intinya nih, bagi kalian yang mulai bermasalah dengan indra penciuman, sebaiknya segera ke tim medis ya untuk antisipasi lebih dini. Enggak kalah penting, tetap taat protokol kesehatan ya!

Berita Lainnya