Sofia Jirau, Model Down Syndrome Pertama untuk Victoria’s Secret

Keren banget ya!

Sofia Jirau jadi model pertama dengan 'Down Syndrom' di Victoria's Secret (INSTAGRAM/SOFIA JIRAU)
Fri, 18 Feb 2022

Sofia Jirau jadi salah satu model dari 18 wanita yang mewakili kampanye terbaru Victoria’s Secret untuk Valentine, ‘Love Cloud’. Kini, ia menjadi model pertama ritel lingerie asal Amerika tersebut yang memiliki kelainan genetika Down Syndrome.

“Suatu hari saya memimpikannya, saya mempelajarinya dan hari ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Saya akhirnya bisa memberi tahu Ada rahasia besar saya… saya adalah model Victoria’s Secret pertama dengan Down Syndrome,” tulis Jirau dalam pengumuman yang ia unggah pada akun Instagram pribadinya.

Sofia Jirau jadi bagian dalam kampanye 'Love Cloud' milik Victoria's Secret (INSTAGRAM/DOFIAJIRAU)

Model asal Puerto Rico tersebut diketahui memulai karier modelnya sejak 2019 lalu. Pada tahun yang sama, ia juga membuka usaha fashion miliknya, Alavett. Alavett yang berarti ‘saya menyukainya’ adalah frasa favorit Jirau.

Ia pun mulai memulai debut model di New York Fashion Week pada Februari 2020. Selama pandemi, karier modelnya semakin berkembang dan ditandai dengan bertambahnya pengikut di media sosial. 

Model Puerto Rico tersebut juga memiliki kampanye sendiri, yakni ‘No Limits’. Kampanye tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang Down Syndrome. Kampanye tersebut pula yang membuat Victoria’s Secret menemukan Jirau. 

Sementara itu, kampanye edisi Valentine ‘Love Cloud’ merupakan rebranding besar-besaran merek lingerie Amerika tersebut. Selain Jirau, kampanye tersebut juga menghadirkan model wanita lainnya yang berasal dari berbagai latar belakang, bentuk, dan ukuran yang berbeda-beda. 

Sebelumnya, dikarenakan selalu secara ‘eksklusif’ bekerja sama dengan model wanita yang dianggap ‘kurus’ dan ‘cantik’ versi mereka, Victoria’s Secret beberapa kali mendapat kecaman. Salah satunya dari aktris Jameela Jamil yang memberikan cap, "perusahaan transphobic, fat-phobic… yang menetapkan untuk mengecualikan sebagian besar wanita.”

Berita Lainnya