Bantal Guling Katanya Hanya di Indonesia? Simak Sejarah “Si Teman Tidur” Ini, Yuk!

Kawula Muda, dulu guling dikenal dengan nama "dutch wife"!

Guling menjadi teman tidur sejak zaman Belanda. (TEMPO)
Mon, 08 Aug 2022


Bantal guling ternyata hanya terdapat di Indonesia dan tidak di negara lain. Bahkan banyak wisatawan dari negara lain yang berkunjung ke Indonesia, secara khusus mencari khusus.

Presiden Republik Indonesia yang pertama, Ir. Soekarno dilaporkan sangat membanggakan keberadaan guling yang disebutnya sebagai salah satu identitas bangsa.

Melansir dari voi.id, hal tersebut tertuang dalam tulisan Cindy Adams di buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (1965).

“Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kamilah satu-satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekedar untuk dirangkul. Di setiap tempat tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat-panjang yang dinamai guling. Guling ini bagi kami gunanya hanya untuk dirangkul sepanjang malam.

Nah, sejarah guling ini memang sangat panjang, Kawula Muda. Awalnya, ternyata bantal guling itu dibuat oleh orang Belanda saat menjajah bangsa Indonesia.

Saat itu, guling dibuat untuk menggantikan istri mereka yang jauh di negara asal mereka. Agar bisa dipeluk seperti istri mereka, maka dibuatlah bantal guling. Pada zaman itu, bantal guling dikenal dengan istilah dutch wife, yang berarti istri Belanda.

Guling menjadi salah satu siasat agar libido mereka tersalurkan. Bagi para serdadu Belanda yang tak memiliki uang banyak tetapi hasrat tidak tertahankan, dan tidak bisa mengambil gundik, maka teman tidur yang paling murah ialah istri Belanda alias guling.

Orang pertama kali yang memberikan nama dutch wife adalah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Thomas Stamford Raffles (1811-1816).

Guling merupakan perpaduan budaya 

Walaupun disebutkan bahwa guling hanya di Indonesia, sebenarnya guling lahir dari kebudayaan Indisch abad ke-18 yang merupakan percampuran dari budaya Eropa, Indonesia, dan China. Guling biasanya dipakai hanya untuk kalangan atas.

Di Asia Timur, juga memiliki bantal berbentuk guling. Hanya saja, material yang digunakan berbeda dengan yang ada di Indonesia.

Pada zaman Dinasti Goryeo, guling dinamakan jukbuin, chikufujin, atau zhufuren dan terbuat dari anyaman bambu yang tergulung. Tapi, guling di zaman itu digunakan sebagai alas kaki agar tidak melekat dengan kasur. Berbeda penggunaannya dengan yang ada di Indonesia, yaitu dengan cara dipeluk.  

Berita Lainnya