Peneliti Ungkap Berteman dengan Orang Tajir Bisa Ikut Kaya Raya

Scroll ke bawah biar tahu penjelasannya, Kawula Muda!

Ilustrasi teman (UNPLASH)
Thu, 11 Aug 2022


Seorang yang memiliki teman lebih kaya, dapat membuat orang itu juga memiliki nasib yang serupa, loh. Hal tersebut diungkap oleh peneliti dari 3 Universitas ternama di luar negeri.

Harvard University, Stanford University, dan New York University (NYU) di Amerika Serikat mengumpulkan data 72 juta pengguna Facebook di negara tersebut. Mereka menemukan seseorang dari keluarga menengah ke bawah yang memiliki gaji lebih tinggi saat sudah dewasa, masa kecilnya berteman dengan orang kaya.

Pada 1 Agustus 2022, jurnal Nature menerbitkan makalah yang mengungkap tentang seorang anak dari kelas menengah ke bawah tinggal di daerah 70 persen orang kaya. Ini disebut dengan ‘keterhubungan ekonomi’ (economic connectedness).

“Tumbuh dalam komunitas yang terhubung lintas kelas meningkatkan hasil anak-anak dan memberi mereka kesempatan yang lebih baik untuk keluar dari kemiskinan,” kata Raj Chetty, salah satu penulis studi, sekaligus ekonom di Harvard University dan direktur Opportunity Insights, pada New York Times.

Bahkan, korelasi ini tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan pekerjaan, loh Kawula Muda. Ini terjadi begitu saja karena korelasi pertemanan lebih kuat ketimbang kualitas sekolah dan lapangan kerja.

Ilustrasi berteman. (PIXABAY)

Selain itu, peneliti juga menganalisis 21 miliar koneksi pertemanan online di Facebook dengan mengumpulkan data pendapatan latar belakang keluarga, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.

Di sana mereka ketemu terkait ‘keterhubungan ekonomi’ adalah satu-satunya modal sosial terukur yang berkorelasi kuat dengan naiknya pendapatan seseorang

Masih ingin mencoba lagi, peneliti buat yang baru, nih. Dengan menggunakan data yang sama, mereka meneliti bagaimana orang memilah-milah teman mulai dari sekolah, kampus sampai daerah tempat tinggal, dan menghasilkan dampak ekonomi lebih kuat dibandingkan intervensi seperti harga rumah terjangkau dan subsidi silang kuliah.

Peneliti mengungkap, walau berteman luas, tidak memandang lintas kemampuan ekonomi dan interkoneksi.

"Orang-orang yang tertarik untuk menciptakan ‘keterhubungan ekonomi’ harus sama-sama fokus untuk membuat orang-orang dengan pendapatan berbeda untuk berinteraksi," terang penulis studi dan ekonom NYU, Johannes Stroebel, mengatakan kepada The New York Times.

Berita Lainnya