Label Parental Advisory, Kekhawatiran Ibu karena Satanic Panic & Belenggu Bermusik

Kawula Muda, ternyata label Parental Advisory ada sejarahnya lho!

Parental Advisory Label yang diperkenalkan oleh RIAA. (NPR.ORG)
Fri, 07 Oct 2022


Kawula Muda, pernah enggak sih melihat stiker atau label yang bertuliskan Parental Advisory Label (PAL) di sebuah album musik, apalagi musik bergenre metal atau hip hop? Nah, ternyata label tersebut punya kisah yang panjang dan tidak asal dibuat lho!

Parental Advisory atau dalam bahasa Indonesia berarti Bimbingan Orang Tua merupakan pesan imbauan tentang sebuah isi atau konten dari produk yang tidak ditujukan untuk anak-anak.

Parental Advisory Label (PAL) ini dimiliki oleh Recording Industry Association of America (RIAA). Melansir dari riaa.com, label Parental Advisory Explicit Content digunakan sehubungan dengan musik dan barang dagangan lainnya.

Tanda PAL juga dapat dapat diberikan sehubungan dengan produk atau layanan musik digital atau dalam iklan untuk rekaman suara.

Label Parental Advisory pertama kali ditempelkan di artwork (sampul atau cover album) mulai pada 1985. Bahkan, di sejumlah artwork, label PAL Ini justru digunakan sebagai salah satu materi desain.

Setiap artis atau perusahaan rekaman yang ingin menggunakan tanda PAL untuk melabeli musik sesuai dengan standar RIAA dapat melakukannya secara gratis setelah mereka menyerahkan Perjanjian Lisensi dan menerima salinan yang ditandatangani sebagai imbalan bersama dengan grafiknya.

Penggunaan tanda PAL pada produk lain atau dengan cara lain dilarang tanpa izin tertulis dari RIAA. Jadi, memang enggak boleh sembarangan untuk memakai label ini ya, Kawula Muda.

Kenapa sebuah karya musik perlu diberi tanda PAL?

PAL digunakan untuk membantu orang tua mengenali mana konten yang tidak pantas atau tidak sesuai untuk dikonsumsi oleh pendengar yang belum cukup umur.

Sesuai dengan aturannya, jika dalam sebuah karya rekaman terkandung bahasa kasar atau penggambaran kekerasan, seks, penyalahgunaan zat terlarang, maka akan ada tanda PAL mencolok di bagian kemasannya.

Dalam beberapa kasus, perusahaan rekaman bisa meminta artis untuk merekam ulang lagu-lagu tertentu atau merevisi lirik karena pandangan musik yang kreatif dan bertanggung jawab menuntut revisi semacam itu.

Terkadang lagu juga bisa dihapus begitu saja dari album. Namun, ketika kedua belah pihak memutuskan bahwa ada kredibilitas musik dan artistik dalam karya rekamanan meskipun liriknya eksplisit, maka tanda PAL akan langsung diterapkan di kemasan dan iklan produk.

Awal mula tanda PAL

Menurut sejumlah sumber, label PAL ini merupakan hasil pertarungan pengadilan antara dua pentolan Twisted Sister yaitu Frank Zappa dan Dee Snider dengan Tipper Gore, istri senator yang kemudian menjadi Wakil Presiden Amerika ke-45, Al Gore. Kabarnya, pertarungan itu dipicu oleh wabah histeria massal Amerika pada saat itu yaitu satanic panic.

Pada 1966, band rock okultisme bernama Coven menulis lagu-lagu untuk album pertama mereka dengan judul "Witchcraft Destroys Minds & Repas Souls". Pada 1970-an band-band heavy metal seperti Judas Priest, Black Sabbath, Kiss, dan Led Zeppelin berhasil menempati sejumlah lagunya di tangga lagu teratas dengan lagu-lagu yang terdengar lebih gelap dan suram. Dan semua hal tentang satanisme pun berakumulasi pada tahun 1980-an dengan musik metal yang menjadi sorotan.

Sejumlah lagu dinilai memiliki pesan setan, seperti yang ditudingkan ke Led Zeppelin dengan lagu mereka yang berjudul Stairway to Heaven serta Judas Priest di lagu Better Than You Better Than Me.

Bahkan karena hal tersebut Judas Priest saat itu harus menghadapi gugatan perdata usai dituding secara tidak langsung telah membunuh dua orang penggemarnya yang melakukan bunuh diri setelah mendengarkan album "Stained Class".

Frontman Judas Priest, Rob Haldford pun memberikan pernyataan bahwa tidak ada satu band pun yang ingin penggemarnya mati sia-sia dengan menghabisi dirinya sendiri.

Band rock asal Inggris, Judas Priest. (TWITTER/JUDAS PRIEST)

 

Sementara itu, Tipper Gore memiliki pengalaman tidak mengenakkan dengan musik rock. Pada Desember 1984, Tipper Gore sempat memberikan album hits Prince berjudul "Purple Rain" untuk putrinya yang saat itu berusia 11 tahun.

Namun, ketika Gore mendengarkan salah satu lagu dari album tersebut yaitu Darling Nikki ternyata mengandung lirik eksplisit, ia menjadi sangat terkejut. Ia takut banyak orang tua akan melakukan hal yang sama dengannya, membeli album tersebut tanpa tahu apa makna di dalamnya.

Karena hal itulah, Tipper Gore akhirnya membuat sebuah komite “Washington Wives” yang anggotanya merupakan istri dari orang-orang berpengaruh di AS pada saat itu. Komite ini didedikasikan untuk meningkatkan kontrol orang tua atas konsumsi anak-anak dengan nama Parents Music Resource Centre (PMRC).

Tetapi, niat PMRC justru dihadang oleh Mary Morrello yang tak lain adalah ibunda dari Tom Morello, gitaris Rage Against The Machine. Mary Morello merupakan salah satu pejuang kebebasan berekspresi dan tokoh utama dari kampanye “Parents for rock and rap”.

Pada 1985, PMRC berhasil mengakurasi sejumlah lagu dan merilis Filthy Fifteen yaitu daftar 15 lagu yang dianggap menyesatkan dan tidak pantas didengar oleh pendengar musik yang masih labil.

Lagu-lagu tersebut kemudian diberi label sesuai dengan kontennya seperti D/A (narkoba atau alkohol), X (konten mengandung seksual), V (konten vulgar), dan O (konten mengandung unsur ‘gaib’ atau satanisme).

Dari daftar lagu tersebut terdapat sejumlah nama musisi rock ternama seperti Venom, Black Sabbath, Judas Priest, Motley Crue, Deff Leppard, AC/DC, Twisted Sister, dan banyak lagi lainnya. Selain itu, terdapat pula beberapa karya dari musisi pop seperti milik Madonna, Prince, Sheena Easton, hingga Cindy Lauper.

Dalam daftar tersebut lagu yang diberi label X atau mengandung konten seksual adalah:

  • Eat Me Alive (Judas Priest)
  • Darling Nikki (Prince)
  • Sugar Walls (Sheena Easton)
  • (Animal) F*ck Like a Beast (W.A.S.P)
  • Strap on Robby Baby (Vanity)
  • Dress You Up (Madonna)
  • She Bop (Cyndi Lauper)
  • Let Me Put My Love Into You (AC/DC)
  • My House (Mary Jane Girls)

Sedangkan lagu yang diberi label V atau konten vulgar adalah

  • Bastard (Motley Crue)
  • We’re Not Gonna Take It (Twisted Sister)

Lagu berlabel D/A adalah

  • High ‘n Dry (Def Leppard)
  • Trashed (Black Sabbath)

Lagu berlabel O yaitu

  • Into The Coven (Mercyful Fate)
  • Possessed (Venom)

Akurasi lagu-lagu tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Recording Industry Association of America (RIAA) yang kemudian membawanya ke dewan senat.

Melansir dari nationalgeographic.id, dalam catatan kongres Senat 19 September 1985, Gore mendapatkan kritikan dari sejumlah media rock dan beberapa musisi yang disebut Unholy Trinity.

Mereka mempertanyakan sikap Gore, apakah tindakannya tersebut hanyalah berdasar atas rasa prihatin dari ibu-ibu atau sebagai agenda penyensoran kebebasan berekspresi.

PMRC pun memberikan jawaban bahwa tujuan utama mereka adalah untuk mendidik dan memberi tahu orang tua tentang tren yang mengkhawatirkan seperti musik rock dengan lirik tak senonoh.

Mereka meminta industri musik untuk menahan diri tanpa bermaksud sebagai penyensoran. Mereka juga mengajukan sistem label rating dan mengusulkan agar perusahaan rekaman menyertakan lembar lirik pada rilisan fisik.

Unholy Trinity pun terus berupaya untuk menolak pelabelan itu. Mereka beranggapan bahwa salah tafsir mengenai label ini juga bisa mengundang tafsiran lainnya bagi makna lagu yang sebenarnya tidak berbahaya.

Perdebatan ini akhirnya membuat ‘gerah’ beberapa musisi yang menganggap karya mereka telah diusik. Melalui karya, band Metallica sempat membuat parodi label PAL pada album “Master of Puppets” sedangkan Megadeth menulis lagu tentang PMRC.

PMRC akhirnya dibubarkan pada 1990, tetapi warisannya berupa label Parental Advisory masih digunakan hingga saat ini.

Berita Lainnya