Mengenal Istilah ‘Flexing' di Medsos Hingga Banyak Dilakukan Anak Pejabat

Lo suka flexing juga gak, Kawula Muda?

Ilustrasi flexing liburan mewah di media sosial (KOLASE PRAMBORS)
Fri, 17 Mar 2023

Istilah 'flexing' menjadi semakin populer di kalangan remaja dan anak muda dalam beberapa waktu terakhir. Kata tersebut pun kerap ditunjukkan kepada anak pejabat negara yang memamerkan barang mewah di media sosialnya. 

Anak pejabat pajak dan bea cukai di Indonesia yang ramai dibicarakan oleh warganet karena melakukan flexing di media sosial (KOLASE PRAMBORS)

  

Misalnya saja kalah heboh terkait putra anak pejabat pajak, Mario Dandy Satriyo (20). Ia kerap mengunggah mobil hingga motor yang berharga sangat mahal. 

Selain itu, ada pula putri dari Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono, Atasya. Ia disoroti oleh warganet karena mengenakan pakaian mahal hingga aksesoris berharga ratusan juta rupiah. 

Pengertian Flexing di Media Sosial

Lantas, apa sebenarnya arti ‘Flexing’? Mengutip kamus bahasa Inggris Merriam Webster, istilah tersebut memiliki berbagai arti. Namun, dalam konteks sosial dan budaya di media sosial, 'flexing' sebenarnya mengacu pada perilaku seseorang yang memamerkan atau menunjukkan kekayaan atau kemewahan yang dimilikinya.

Perilaku flexing kerap dilakukan di media sosial, seperti mengunggah foto atau video dengan mobil mewah, jam tangan mahal, hingga barang-barang mewah lainnya. 

Banyak tujuan dari tindakan flexing, namun, biasanya hal ini dilakukan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya memiliki kemampuan finansial yang tinggi atau memiliki kehidupan yang glamor.

Ilustrasi seseorang yang melakukan flexing di media sosial untuk menerima validitas disukai oleh banyak orang (ISTOCK)

 

Hal itu pun dikonfirmasi oleh psikolog klinis sekaligus founder Konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sar Dewi. Mengutip Detik, tindakan tersebut kerap dilakukan dengan harapan mendapat komentar positif dan pujian. 

"Ada banyak apresiasi atau likes atau comment dari orang sekitar sehingga membuat hal itu sepertinya menyenangkan. Apalagi dengan banyaknya apresiasi online seperti itu orang menjadi seolah-olah kesannya mendapatkan perhatian. Sehingga itu yang membuat orang menjadi nagih dan melakukan terus," terang Anastasia seperti dikutip dari Detik pada Jumat (17/03/2023).

Meskipun flexing dapat memberikan kepuasan pribadi bagi orang yang melakukannya, tetapi perilaku ini juga dapat memicu rasa iri atau tidak nyaman bagi orang lain yang melihatnya. Selain itu, flexing juga dapat menimbulkan kesan sombong atau arogan.

Secara jangka panjang, flexing yang berlebihan juga dapat menghancurkan diri sendiri. Apabila mendapat respon yang tidak sesuai dengan ekspektasi, seseorang yang haus akan validasi tersebut dapat merasa stres, tidak bahagia, hingga depresi.

Ilustrasi media sosial (UNSPLASH/ALEXANDER SHATOV)

 

Cara Hindari Flexing di Media Sosial

Karena itu, agar lo tidak terjebak flexing, berikut beberapa tips yang dapat lo lakukan ya, Kawula Muda!

- Filter media sosial. Tidak apa-apa mengunggah suatu foto maupun video pencapaian diri sendiri. Akan tetapi, ada baiknya lo turut mempertimbangkan kembali dampak jangka panjang dari unggahan tersebut. Tidak perlu berlebihan dan sewajarnya saja ya, Kawula Muda :) 

- Ketika mengunggah pencapaian di media sosial, jangan lupa tambahkan alasan mengapa hal tersebut sangat berharga di hidup lo. Siapa tahu, lo juga dapat menginspirasi orang lain lewat unggahan tersebut, bukan?

- Jangan mau dikendalikan oleh media sosial. Pahami bahwa kondisi finansial setiap orang berbeda-beda. Karena itu, lo tidak perlu menjadi konsumtif hanya dengan tujuan tampak mewah dan bombastis di media sosial. 

- Sayangi diri sendiri. Pahami bahwa lo tidak butuh validasi orang lain untuk merasa bahagia, Kawula Muda!

Berita Lainnya